Lompat ke isi

Teiresias

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Teiresias muncul di hadapan Odisseus, ilustrasi buatan Johann Heinrich Füssli (1780-85)

Dalam mitologi Yunani, Teiresias (bahasa Yunani: Τειρεσίας) adalah seorang peramal buta dari Thebes. Dia terkenal karena pernah berubah menjadi seorang perempuan selama tujuh tahun. Dia adalah putra Everes, seorang gembala, dan nimfa Khariklo.[1][2] Teiresias memiliki umur yang panjang. Dia mengalami tujuh generasi di Thebes.

Dalam mitologi

[sunting | sunting sumber]

Teiresias adalah pendeta Apollo.[1] Ada beberapa versi berbeda mengenai bagaimana dia menjadi buta. Salah satunya adalah kisah bahwa dia dibutakan oleh para dewa karena banyak menyingkapkan rahasia para dewa pada manusia. Cerita alternatif dikisahkan oleh penyair Ferekides yang diikuti oleh Kallimakhos, yaitu bahwa Teiresias dibutakan oleh Athena karena dia telah mengintip Athena yang sedang mandi. Ibu Teiresias, Khariklo, yang merupakan nimfa Athena, memohon pada sang dewi untuk membatalkan kutukannya. Namun Athena tak bisa melakukannya, karena itu, sebagai kompensasi atas kebutaannya, Athena memberi Teiresias kemampuan meramal dan pemahaman terhadap bahasa burung,[1]

Di Gunung Killene di Peloponnesia,[3] Teiresias menemukan dua ekor ular yang sedang kawin. Dia dengan isengnya memukul hewan tersebut. Hera tidak senang melihat ini dan kemudian menghukum Teiresias. Hera mengubah Teiresias menjadi seorang perempuan. Sebagai perempuan, Teiresias menjadi pendeta Hera. Teiresias juga menikah dan melahirkan anak, salah satu anaknya yang terkenal adalah Manto, yang juga menjadi seorang peramal. Menurut beberapa versi, ketika menjadi perempuan, Teiresias adalah seorang pramusyahwat yang terkenal. Setelah tujuh tahun menjadi perempuan, Teiresias menemukan lagi sepasang ular yang sedang kawin. Teiresias memukul lagi hewan tersebut (dalam versi lainnya membiarkannya) dan dia pun kembali menjadi pria.[1][4]

Dalam versi yang terpisah,[5][6] Teiresias dilibatkan pada perdebatan antara Zeus dengan Hera. Mereka berdebat apakan lelaki atau perempuan yang memperoleh kepuasan lebih banyak dalam hubungan seksual. Zeus memilih perempuan sedangkan pendapat Hera dalah lelaki. Karena Teiresias pernah menjadi perempuan dan laki-laki, dia pun dimintai pendapat. Teiresias kemudian menjawab bahwa dalam skala sepuluh, perempuan memperoleh kepuasan sembilan sedangkan laki-laki adalah satu.[1] Karena memihak Zeus, Hera marah pada Teiresias dan menjadikannya buta. Zeus kasihan padanya dan sebagai kompensasinya, Zeus memberi Teiresais kemampuan meramal serta usia tujuh kali lebih panjang daripada usia manusia normal.

Di Thebes

[sunting | sunting sumber]

Teiresias banyak terlibat dalam perjalanan sejarah kota Thebes. Dia muncul bersama Kadmos, pendiri dan raja pertama Thebes, untuk memperingatkan raja Thebes saat itu, Pentheus, bahwa Dionisos adalah benar-benar dewa, sayangnya Pentheus tidak percaya. Bersama Kadmos, Teiresias lalu memakai pakaian perempuan dan pergi ke gunung untuk ikut menyembah Dionisos bersama para wanita Thebes.[7]

Pada masa pemerintahan Oidipus di Thebes, Teiresias dipanggi ke hadapan Oidipus. Teireias ditanyai mengenai siapa pembunuh Laios, raja Thebes sebelumnya. Awalnya Teiresias tidak mau memberitahu Oidipus namun setelah diancam akhirnya Teiresias memberitahu bahwa Oidipus sendirilah yang membunuh Laios.[8]

Beberapa waktu setelah masa pemerintahan Oidipus di Thebes berakhir, terjadi Perang Tujuh Melawan Thebes. Teiresias lalu meramalkan bahwa Thebes akan kalah kecuali Megareus mengorbankan nyawanya. Mendengar ramalan itu, Megareus pun membunuh dirinya sendiri demi menyelamatkan kota Thebes, dan akhirnya Thebes bisa memenangkan pertempuran.[9]

Seusai Perang Tujuh Melawan Thebes, Kreon menjadi raja di Thebes. Dia melarang jenazah Polinekes dimakamkan, tetapi Antigone tetap nekat dan memakamkan jenazah kakaknya itu. Akibatnya Kreon memerintahkan Antigone untuk dikubur hidup-hidup. Teiresias lalu muncul dan memperingatkan Kreon bahwa tindakannya akan berakibat buruk.[10]

Beberapa tahun setelah kejadian tersebut, terjadi kisah mengenai pertempuran Epigoni dan Teiresias juga muncul dalam kisah tersebut.

Teiresias meninggal setelah meminum air di mata air Tilfossa. Di sana dia dipanah oleh Apollo.

Walaupun telah meninggal dan rohnya berdiam di dunia bawah, kemampuan ramalan Teiresias tetap dibutuhkan. Seusai perang Troya, Odisseus pergi ke dunia bawah dan menemui roh Teiresias untuk berkonsultasi tentang perjalanan pulangnya ke Ithaka. Odisseus terlebih dahulu mengurbankan seekor domba dan memberikan darahnya pada roh Teiresias untuk diminum, sehingga roh Teiresias dapat berbicara padanya.[11][12]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e Apollodoros, Bibliotheka, 3.6.7
  2. ^ Hyginus, Fabulae 75.
  3. ^ Eustathios dan John Tzetzes berpendapat bahwa kisah ini terjadi di Gunung Kithairon di Boeotia, dekat wilayah Thebes.
  4. ^ Flegon, Mirabilia 4.
  5. ^ Hyginus, Fabulae 75
  6. ^ Ovidius Metamorposes 3.
  7. ^ Euripides, Bakkhai (drama).
  8. ^ Sofokles, Oidipus Sang raja (drama).
  9. ^ Aiskhilos, Tujuh Melawan Thebes (drama).
  10. ^ Sofokles. Antigone (drama).
  11. ^ Homeros, Odisseia buku 11
  12. ^ Warner, Marina. Monuments and Maidens: the allegory of the female form. Berkeley: University of California Press, 2000. hlm. 329

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]