Lompat ke isi

Pemberontakan Belanda

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pemberontakan Belanda

Pangeran Maurice dalam Pertempuran Nieuwpoort oleh Pauwels van Hillegaert
Tanggal1568–1648
LokasiNegeri-Negeri Dataran Rendah
(ditambah peperangan kolonial di luar Eropa)
Hasil Perjanjian Münster
Kemerdekaan Republik Belanda
Pihak terlibat
 Republik Belanda
Didukung oleh:
 Inggris (1585–1648)
 Prancis (1635–1648)
Spanyol Imperium Spanyol
Didukung oleh:
 Kekaisaran Romawi Suci
Tokoh dan pemimpin
Republik Belanda Willem van Oranje
Republik Belanda Maurice dari Nassau
Republik Belanda Frederik Hendrik
Kerajaan Inggris Robert Dudley
Spanyol Felipe II dari Spanyol
Spanyol Adipati Alba
Spanyol Johann dari Austria
Spanyol Adipati Parma
Spanyol Adipati Agung Albrecht
Spanyol Ambrogio Spinola

Pemberontakan Belanda (1568–1648) adalah pemberontakan yang dikobarkan oleh Tujuh Belas Provinsi di Negeri-Negeri Dataran Rendah utara yang mayoritas menganut agama Protestan. Mereka menolak kekuasaan Raja Felipe II dari Spanyol yang menganut agama Katolik. Provinsi-provinsi selatan pada awalnya juga ikut memberontak, tetapi mereka akhirnya tunduk kepada Spanyol.

Ketegangan antara Protestan dengan Katolik sudah menguat secara perlahan, dan lalu secara mendadak berubah menjadi pemberontakan melawan "penindasan" oleh Wangsa Habsburg. Provinsi-provinsi yang memberontak lalu mendirikan Republik Belanda yang dipimpin oleh Willem van Oranje. Pemberontakan ini merupakan salah satu upaya pemisahan diri yang berhasil di Eropa dan negara yang didirikan merupakan salah satu republik pertama di Eropa pada masa modern.

Raja Felipe pada awalnya dapat memadamkan pemberontakan. Namun, pada tahun 1572, para pemberontak berhasil merebut kota Brielle dan pemberontakan kembali menguat. Provinsi-provinsi utara merdeka secara de facto pada tahun 1581 dan secara de jure pada tahun 1648. Selama pemberontakan ini, Belanda dengan cepat bangkit menjadi kekuatan dunia berkat kapal-kapal pedagangnya. Belanda juga mengalami pertumbuhan ekonomi, ilmu pengetahuan dan budaya yang pesat. Sementara itu, Belanda Selatan (kini Belgia, Luksemburg, Prancis utara dan Belanda selatan) tetap dikuasai oleh Spanyol. Kekuasaan Habsburg yang keras di selatan membuat banyak elit budaya, intelektual dan finansial melarikan diri ke utara. Sementara itu, armada Belanda memblokade provinsi-provinsi selatan, sehingga gandum dari kawasan Baltik tidak dapat dikirim ke kota-kota selatan yang kelaparan, terutama dari tahun 1587 hingga 1589. Menjelang akhir perang pada tahun 1648, banyak wilayah di Belanda Selatan yang telah jatuh ke tangan Prancis. Sebelumnya, Prancis di bawah kepemimpinan Kardinal Richelieu dan Louis XIII dari Prancis telah memutuskan untuk bersekutu dengan Belanda pada tahun 1630-an dalam perang melawan Spanyol.

Tahap pertama konflik ini dapat disebut "Perang Kemerdekaan Belanda". Pada tahap berikutnya, Belanda berupaya untuk mendapat pengakuan resmi atas kemerdekaannya. Tahap ini berlangsung bersamaan dengan kebangkitan Republik Belanda sebagai negara besar dan pendirian Imperium Belanda.

Bacaan lanjut

[sunting | sunting sumber]