Lompat ke isi

Observatorium

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Observatorium atau balai pengamatan adalah sebuah lokasi dengan perlengkapan yang diletakkan secara permanen agar dapat melihat langit dan peristiwa yang berhubungan dengan angkasa. Menurut sejarah, observatorium bisa sesederhana sextant (untuk mengukur jarak di antara bintang) sampai sekompleks Stonehenge (untuk mengukur musim lewat posisi matahari terbit dan terbenam). Observatorium modern biasanya berisi satu atau lebih teleskop yang terpasang secara permanen yang berada dalam gedung dengan kubah yang berputar atau yang dapat dilepaskan. Dalam dua dasawarsa terakhir, banyak observatorium luar angkasa sudah diluncurkan, memperkenalkan penggunaan baru istilah ini.

Deskripsi

[sunting | sunting sumber]

Sebuah observatorium harus dibangun di tempat yang tepat. Sebuah tempat dengan cuaca yang baik, suhu yang sedang, banyak hari cerah dan malam – malam tanpa awan, dan sesedikit mungkin kabut, hujan, dan salju. Juga harus jauh dari lampu – lampu kota dan tanda – tanda dari lampu neon, yang membuat langit terlalu terang untuk pengamatan yang baik.

Ada bangunan yang ditambahi seperempat bagian khusus untuk teleskop. Peralatan ini dipasang menjadi dua bagian. Bagian bawahnya tidak dapat bergerak, dan bagian atasnya, atau atapnya, berbentuk kubah dan dapat diputar. Kubah itu mempunyai ‘lubang’ yang dapat dibuka untuk mengeluarkan teleskop untuk melihat ke langit. Dengan memutar kubah itu pada sebuah rel, lubang itu dapat dibuka mengarah ke setiap bagian langit. Baik kubah maupun teleskop digerakkan dengan motor elektrik.

Di observatorium yang modern, para astronom hanya perlu menekan tombol untuk menggerakkan peralatan. Tentu saja, untuk dapat melihat, para astronom harus selalu berada dekat lubang pengintai pada teleskop atau kamera yang dipasang ke teleskop. Maka, dibeberapa observatorium, lantainya dapat ditinggikan atau direndahkan, atau ada podium yang dapat disesuaikan.

Astronom tidak hanya mengandalkan mata mereka untuk mengamati langit. Mereka memiliki berbagai peralatan yang rumit dan peralatan tambahan yang dipasang pada teleskop, seperti kamera, spektroskop, spektograf, dan spektroheliograf, semuanya membantu mereka mendapatkan informasi penting.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  • Aubin, David, Charlotte Bigg, and H. Otto Sibum, eds. The Heavens on Earth: Observatories and Astronomy in Nineteenth-Century Science and Culture (Duke University Press; 2010) 384 pages; Topics include astronomy as military science in Sweden, the Pulkovo Observatory in the Russia of Czar Nicholas I, and physics and the astronomical community in late 19th-century America.
  • Brunier, Serge, et al. Great Observatories of the World (2005) excerpt and text search
  • McCray, W. Patrick. Giant Telescopes: Astronomical Ambition and the Promise of Technology (2004), late 20th century U.S.
  • Malphus, Benjamin K.
  • Sage, Leslie, and Gail Aschenbrenner. A Visitor's Guide to the Kitt Peak Observatories (2004)
  • Dick, Steven.Sky and Ocean Joined: The U.S. Naval Observatory 1830–2000 (2003)