Lompat ke isi

Kanker prostat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kanker prostat
Informasi umum
SpesialisasiOnkologi, urologi Sunting ini di Wikidata

Kanker prostat adalah penyakit kanker yang berkembang di prostat, sebuah kelenjar dalam sistem reproduksi lelaki. Hal ini terjadi ketika sel prostat mengalami mutasi dan mulai berkembang di luar kendali. Sel ini dapat menyebar secara metastasis dari prostat ke bagian tubuh lainnya, terutama tulang dan lymph node. Kanker prostat dapat menimbulkan rasa sakit, kesulitan buang air kecil, disfungsi ereksi dan gejala lainnya.

Jumlah kanker prostat sangat bervariasi di dunia, namun jarang terjadi di Asia Timur dan Selatan; sering terjadi di Eropa dan Amerika Serikat.[1] Menurut American Cancer Society, kanker prostat paling jarang di pria Asia dan paling sering terjadi di orang hitam, dan orang Eropa di tengahnya.[2]

Pada penderita ditemukan rasio plasma vitamin B12 yang sangat rendah.[3]

Faktor risiko

[sunting | sunting sumber]

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker prostat adalah usia, ras, riwayat keluarga (faktor keturunan), hormon, dan pola makan. Risiko menderita kanker prostat ditemukan meningkat pada pria kulit putih dengan usia > 50 tahun atau pria kulit hitam dengan usia > 40 tahun. Etnis kulit hitam memiliki risiko kanker prostat 1.6x lebih tinggi daripada pria kulit putih.[4][5]

Pria yang memiliki keluarga laki-laki penderita kanker prostat (saudara, ayah, kakek) memiliki risiko yang lebih tinggi menderita penyakit tersebut dibandingkan dengan pria yang tidak punya riwayat keluarga. Faktor lainnya yang diduga dapat menyebabkan kanker prostat adalah perubahan hormon testosteron dan pola makan yang terlalu banyak mengkonsumsi lemak.[5][6] Menurut penelitian lainnya, agen kimia seperti Cadmium juga ditemukan pada perkembangan kanker prostat.[6]

Diagnosis

[sunting | sunting sumber]

Alat diagnosis utama untuk menegakkan diagnosis kanker prostat adalah pemeriksaan melalui rektum dengan jari, pemeriksaan kadar PSA (prostate specific antigen) darah dan pemeriksaan ultrasonografi melalui rektum atau TRUS (transrectal ultrasound). Umumnya kanker prostat terletak pada zona perifer kelenjar prostat dan dapat terdeteksi dengan pemeriksaan melalui rektum dengan jari. PSA adalah enzim protease yang mirip kalikrein yang hampir secara eksklusif hanya dihasilkan oleh kelenjar prostat. Kadar PSA darah akan meningkat pada penderita kanker prostat, selain itu dapat pula meningkat pada penderita pembesaran prostat jinak, radang prostat atau pada beberapa kondisi bukan kanker lainnya. Pemeriksaan ultrasonografi prostat pada penderita kanker prostat dilakukan untuk melihat adanya gambaran tumor ganas pada prostat dan sebagai sarana untuk melakukan biopsi prostat. Biopsi prostat merupakan prosedur pengambilan sedikit jaringan kelenjar prostat untuk mengetahui adanya sel kanker.[4]

Tidak semua pembesaran prostat adalah kanker prostat, karena dengan bertambahnya umur, maka prostat akan membesar. Pada lelaki berusia mulai 55 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG dari luar tubuh, bukan dengan USG melalui dubur. Jika hasilnya Prostat Membesar Sesuai Umur, maka hal tersebut adalah normal. Jika semakin membesar, maka mungkin mengalami Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dimana cukup minum obat oral. Jika semakin membesar lagi, maka mungkin perlu dilakukan pemeriksaan PSA dan jika perlu pemeriksaan free-PSA/PSA untuk menentukan apakah kondisi tersebut adalah BPH atau Kanker Prostat. Dianjurkan untuk melakukan Pemeriksaan USG jangan hanya Prostat saja, tetapi Pemeriksaan USG Lower Abdomen yang meliputi juga kondisi Ginjal dan Kandung Kemih, karena jika ada batu dan belum menyumbat, maka bisanya tidak ada gejala apapun dan biayanya tidak berbeda jauh dengan Pemeriksaan USG Prostat saja. Bagi yang overweight apalagi Obes dan jarang berolahraga dianjurkan untuk melalukan Pemeriksaan USG Full Abdomen, karena mungkin saja terjadi Fatty Liver (Pelemakan Hati).

Klasifikasi

[sunting | sunting sumber]

Klasifikasi menurut TNM tahun 2009[7]

Klasifikasi kanker prostat menurut TNM
Tx: Tumor primer tidak dapat ditemukan

T1: Tumor tidak terdeteksi secara klnis, tidak dapat diraba atau terlihat dengan pencitraan

  • T1a: Tumor ditemukan secara kebetulan dari pemeriksaan histopatologis pada kurang dari atau sama dengan 5% dari jaringan yang direseksi
  • T1b: Tumor ditemukan secara kebetulan dari pemeriksaan histopatologis pada lebih dari 5% dari jaringan yang direseksi
  • T1c: Tumor ditemukan dari biopsi (karena ada peningkatan kadar PSA)

T2: Tumor terbatas pada prostat

  • T2a: Tumor mengenai kurang dari atau sama dengan setengah lobus prostat
  • T2b: Tumor mengenai lebih dari setengah lobus tetapi tidak pada kedua lobus prostat
  • T2c: Tumor mengenai kedua lobus prostat

T3: Tumor meluas melewati kapsul prostat

  • T3a: Tumor meluas di luar kapsul prostat (satu atau kedua sisi) termasuk penyebaran ke leher buli secara mikroskopik
  • T3b: Tumor mengenai kelenjar vesikula seminalis

T4: Tumor terfiksir atau mengenai struktur sekitar prostat selain vesikula seminalis: seperti katup luar buli, rektum, otot levator dan/atau dinding pelvis

Nx: Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai

N1: Tidak ada penyebaran kelenjar getah bening N2: Penyebaran pada kelenjar getah bening regional

Mx: Penyebaran luas tidak dapat dinilai

M1: Penyebaran luas

  • M1a: Penyebaran kelenjar getah bening bukan regional
  • M1b: Penyebaran ke tulang
  • M1c: Penyebaran ke organ lain

Pencegahan dan Pengobatan

[sunting | sunting sumber]

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker prostat adalah menjaga kesehatan, menjaga berat badan tubuh, retensi semen,[8] banyak minum air, mengurangi depresi, olahraga teratur, dan mengurangi konsumsi alkohol, daging, serta lemak.[9]

Dalam perawatan kanker prostat, ada beberapa pemilihan metode pengobatan yang dapat dilakukan oleh dokter. Di antaranya adalah kemoterapi, radiasi, terapi hormon, operasi, dan transurethral resection of the prostate (TURP, digunakan pada tahap awal penyakit untuk membuang jaringan yang menghalangi saluran kemih). Pemilihan jenis pengobatan berbeda-beda antara satu pasien dengan pasien lainnya karena sangat dipengaruhi oleh usia, kondisi kesehatan secara umum, perkembangan kanker, manfaat dan efek samping terapi.[6] Terapi hormon digunakan untuk mencegah tubuh memproduksi hormon testosteron yang dapat merangsang perkembangan sel kanker. Sedangkan, kemoterapi umumnya digunakan pada kasus kanker prostat yang telah menyebar ke bagian tubuh lain sehingga harus dicegah perkembangannya dengan menggunakan bahan kimia.[9]

Penapisan

[sunting | sunting sumber]
Diagram kanker prostat yang menekan urethra, yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala, diantaranya buang air kecil tidak lancar/memancar.
Gambar memperlihatkan tingkat kanker prostat T1-T3.

Prostat secara normal membesar seauai dengan usia. Jadi pembesaran yang terjadi bisa saja normal bisa saja kemungkinan tumor/kanker. Untuk mengetahui pembesaran prostat normal atau tidak, maka perlu USG prostat yang biayanya jauh lebih murah daripada penapis tumor. Jika masih di bawah 4 milimeter, jelas normal, antara 4 hingga 10 milimeter kemungkinan besar pembesaran sesuai dengan usia, lebih dari 10 milimeter mungkin tumor, tetapi bisa saja sangat jinak dan tidak perlu pembedahan, hanya perlu pengobatan agar tak menjadi bertambah besar dan mengganggu buang air kecil, pada kondisi ini mungkin perlu diadakan penapisan tumor (screening).

Penapisan kanker prostat adalah suatu usaha untuk menemukan kanker yang tidak dicurigai atau tanpa/belum adanya gejala, yang mana mungkin memerlukan tindak lanjut invasif hingga biopsi, dengan pengambilan contoh sel. Yang pertama kali harus dilakukan adalah tes darah PSA (prostate-specific antigen), jika positip, maka dilakukan tes Free PSA, ratio keduanya menentukan kondisi adanya kanker atau tidak, selanjutnya mungkin diperlukan pemeriksaan melalui dubur secara digital (digital rectal exam atau DRE). Beberapa penapisan masih kontroversial dan pada beberapa orang mungkin tidak perlu, konsekuensinya mungkin membahayakan pasien.[10] Penapisan berkala menggunakan DRE atau PSA tidak ditunjang bukti bahwa ada keuntungan terhadap tingkat kematian.[11]

United States Preventive Services Task Force (USPSTF) merekomendasikan tes PSA untuk mengetahui adanya kanker prostat pada orang yang terlihat sehat berapapun usianya.[12] Mereka menyimpulkan hal ini bermanfaat dibandingkan bahayanya.[13][14] Centers for Disease Control and Prevention mengamini kesimpulan tersebut.[15] Walaupun demikian hal ini tidak perlu ditiru oleh orang Indonesia yang risiko terkena kanker prostatnya jauh lebih kecil dari mereka, tetapi sebaiknya pria Indonesia mulai usia 55 tahun melakukan USG prostat. American Society of Clinical Oncology dan American College of Physicians merekomendasikan penapisan tidak dilakukan pada mereka yang harapan hidupnya tinggal 10 atau 15 tahun, karena kanker prostat perkembangannya termasuk lambat, sementara bagi mereka yang harapan hidupnya lebih besar perlu mempertimbangkan untung ruginya.[16] Secara umum, mereka menyimpulkan berdasarkan penelitian akhir-akhir ini bahwa, "it is uncertain whether the benefits associated with PSA testing for prostate cancer screening are worth the harms associated with screening and subsequent unnecessary treatment."[17] American Urological Association (AUA 2013) memberikan petunjuk untuk menimbang manfaat pencegahan kematian akibat kanker prostat sebesar 1 dari setiap 1000 laki-laki yang ditapis dalam periode 10 tahun dengan bahaya-bahaya yang diketahui berhubungan dengan tes diagnosis dan tata laksananya. AUA merekomendasikan pengambilan keputusan untuk penapisan pada mereka yang berusia 55 hingga 69 tahun didasarkan keputusan bersama antara dokter dan pasien, dan jika penapisan dilakukan, maka penapisan dilakukan tidak lebih sering daripada 2 tahun sekali.[18]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "IARC Worldwide Cancer Incidence Statistics—Prostate". JNCI Cancer Spectrum. Oxford University Press. December 19, 2001. Archived from the original on 2006-02-05. Diakses tanggal 2007-08-16.  Retrieved on 2007-04-05 through the Internet Archive
  2. ^ Overview: Prostate Cancer—What Causes Prostate Cancer? Diarsipkan 2006-04-04 di Wayback Machine. American Cancer Society (2006-05-02). Retrieved on 4007-04-05
  3. ^ (Inggris) "Coexistence of pernicious anemia and prostate cancer - 'an experiment of nature' involving vitamin B12 modulation of prostate cancer growth and metabolism: a case report". Department of Nutrition and Neoplasia, Whittier Cancer Research Building; Glenn Tisman, Seth Kutik, dan Christa Rainville. Diakses tanggal 2010-12-10. 
  4. ^ a b "Guidelines on prostate cancer" (PDF). European Association of Urology. 2013. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-05-21. Diakses tanggal 2013-05-07.  Retrieved on 2013-05-07 through the Internet Archive
  5. ^ a b Tinjauan Pustaka Diarsipkan 2013-11-04 di Wayback Machine., Universitas Sumatera Utara.
  6. ^ a b c Pasien dan Informasi Kanker: Kanker Prostat, Dharmais Hospital - National Cancer Institute.
  7. ^ "Prostate-cancer staging" (PDF). American Joint Comitee on Cancer. 2009. [pranala nonaktif permanen] Retrieved on 2013-05-07 through the Internet Archive
  8. ^ Shambo, Steffo (2020-03-25). "The Power of Semen Retention - Debunking The Prostate Cancer Myth". Tantric Academy (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-09-06. 
  9. ^ a b Kanker Prostat Diarsipkan 2013-06-17 di Wayback Machine., Diakses pada 3 November 2013. Laboratorium Klinik Prodia.
  10. ^ Marcione, Marilyn (12 October 2011). "Prostate testing's dark side: Men who were harmed". Associated Press. Diakses tanggal 2011-10-13. 
  11. ^ Djulbegovic M, Beyth RJ, Neuberger MM, Stoffs TL, Vieweg J, Djulbegovic B, Dahm P (2010). "Screening for prostate cancer: systematic review and meta-analysis of randomised controlled trials". BMJ. 341: c4543. doi:10.1136/bmj.c4543. PMC 2939952alt=Dapat diakses gratis. PMID 20843937. 
  12. ^ Moyer VA, on behalf of the U.S. Preventive Services Task, Force (May 2012). "Screening for Prostate Cancer: U.S. Preventive Services Task Force Recommendation Statement". Annals of Internal Medicine. doi:10.1059/0003-4819-157-2-201207170-00459. PMID 22615453. 
  13. ^ "Talking With Your Patients About Screening for Prostate Cancer" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-06-01. Diakses tanggal 2012-07-02. 
  14. ^ Chou R, Croswell JM, Dana T, Bougatsos C, Blazina I, Fu R, Gleitsmann K, Koenig HC, Lam C, Maltz A, Rugge JB, Lin K (December 2011). "Screening for prostate cancer: a review of the evidence for the U.S. Preventive Services Task Force". Annals of Internal Medicine. 155 (11): 762–71. doi:10.1059/0003-4819-155-11-201112060-00375. PMID 21984740. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-18. Diakses tanggal 2015-03-09. 
  15. ^ Prostate Cancer Screening CDC, updated April 6, 2010
  16. ^ Qaseem A, Barry MJ, Denberg TD, Owens DK, Shekelle P (April 2013). "Screening for Prostate Cancer: A Guidance Statement From the Clinical Guidelines Committee of the American College of Physicians". Annals of Internal Medicine. 158 (10): 761–9. doi:10.7326/0003-4819-158-10-201305210-00633. PMID 23567643. 
  17. ^ Basch E, Oliver TK, Vickers A, Thompson I, Kantoff P, Parnes H, Loblaw DA, Roth B, Williams J, Nam RK (Jul 16, 2012). "Screening for Prostate Cancer With Prostate-Specific Antigen Testing: American Society of Clinical Oncology Provisional Clinical Opinion" (PDF). Journal of clinical oncology : official journal of the American Society of Clinical Oncology. 30 (24): 3020–5. doi:10.1200/JCO.2012.43.3441. PMC 3776923alt=Dapat diakses gratis. PMID 22802323. 
  18. ^ "EARLY DETECTION OF PROSTATE CANCER: AUA GUIDELINE". American Urological Association. 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-07. Diakses tanggal 10 May 2013. 

m

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]