Lompat ke isi

Aneurisme aorta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Aneurisma Aorta
Gambar A menunjukkan aorta normal. Gambar B menunjukkan aneurisma aorta torakalis (posisinya di belakang jantung). Gambar C menunjukkan aneurisma aorta abdominalis yang posisinya di bawah arteri yang menyuplai darah ke ginjal.
Informasi umum
SpesialisasiBedah vaskular
TipeAneurisma aorta abdominalis, aneurisma aorta torakalis, aneurisma aorta torakoabdominalis
PenyebabAterosklerosis, hipertensi, trauma, infeksi aorta
Faktor risikoMerokok, hipertensi, diabetes melitus, riwayat keluarga dengan aneurisma aorta, riwayat aneurisma di pembuluh darah yang lain, usia, pria
Aspek klinis
Gejala dan tandaSebagian besar tidak bergejala. Aneurisma aorta torakalis: nyeri dada, nyeri punggung, hoarseness, batuk, sesak napas. Aneurisma aorta abdominalis: nyeri perut, nyeri punggung dan selangkangan, terasa perut berdenyut di daerah pusar
KomplikasiPerdarahan
Awal munculUsia di atas 50 tahun
DurasiKronis
DiagnosisFoto torak, ultrasonografi (USG), ekokardiogram, CT scan, MRI
PerawatanEVAR (bedah endovaskular), bedah terbuka
PengobatanObat golongan statin, penyekat beta, antagonis reseptor angiotensin II

Aneurisma aorta adalah suatu kondisi yang ditandai oleh pelebaran pembuluh darah aorta yang dapat terjadi pada aorta di bagian dada, perut, atau keduanya yang disebabkan karena melemahnya otot-otot pada dinding aorta. Sebagian besar penderita tidak merasakan keluhan apa pun. Gejala biasanya baru dirasakan jika ukuran aneurisma semakin besar atau jika sudah terjadi komplikasi seperti diseksi aorta atau ruptur aorta. Keluhan yang dapat timbul adalah nyeri perut, nyeri dada, nyeri punggung, nyeri kepala, hoarseness, sulit bernapas, batuk, timbul stridor, disfagia, migrain, bengkak di daerah wajah, dan sensasi seperti akan pingsan (prasinkop). Tanda yang bisa diamati pada penderita aneurisma aorta adalah teraba benjolan yang berdenyut di daerah perut, sindrom jari kaki biru, murmur vaskular, sindrom vena kava superior, tanda Pemberton, tanda sindrom Horner (miosis, ptosis, dan anhidrosis), tanda Oliver, dan deviasi trakea.

Berdasarkan lokasinya, aneurisma aorta terbagi atas empat yaitu aneurisma sinus aorta atau sinus of Valsalva aneurysm (SOVA), aneurisma aorta torakalis atau thoracic aortic aneurysm (TAA), aneurisma aorta abdominalis atau abdominal aortic aneurysm (AAA), dan aneurisma aorta torakoabdominalis atau thoracoabdominal aortic aneurysm (TAAA). Berdasarkan bentuknya, aneurisma aorta terbagi atas tiga yaitu bentuk fusiform, bentuk sakular, dan bentuk mikotik. Faktor risiko terjadinya aneurisma aorta adalah merokok, hipertensi, adanya riwayat aneurisma aorta dalam keluarga, riwayat penyakit jantung koroner, riwayat penyakit pembuluh darah perifer, penyakit jaringan ikat seperti sindrom Marfan dan sindrom Loeys-Dietz, dan jenis kelamin pria.

Patofisiologi terjadinya aneurisma aorta berhubungan dengan matriks ekstraseluler, reaksi inflamasi, aterotrombosis, respons imun adaptif dan bawaan, stres oksidatif, dan TGF-β1 (transforming growth factor beta-1). Komplikasi aneurisma aorta adalah diseksi aorta dan ruptur aorta yang keduanya merupakan kondisi yang mengancam jiwa. Diagnosis penyakit ini dilakukan dengan menggunakan pencitraan medis seperti foto torak, ultrasonografi, tomografi terkomputasi, dan angiografi.

Penatalaksanaan konvensional untuk aneurisma aorta tanpa gejala adalah dengan mengontrol faktor risiko, memperbaiki pola hidup, berhenti merokok, dan evaluasi ukuran diameter aneurisma. Untuk aneurisma aorta yang sudah memberikan gejala terapinya adalah dengan operasi baik itu operasi terbuka maupun operasi dengan metode endovaskular atau EVAR. Aneurisma aorta yang menjalani operasi tanpa adanya komplikasi terlebih dahulu memberikan prognosis yang baik. Tingkat mortalitas aneurisma aorta yang telah mengalami ruptur adalah 50%. Insiden dan prevalensi penyakit ini secara global sulit ditentukan karena kurangnya negara yang melakukan penelitian dan skrining.

Definisi dan anatomi

[sunting | sunting sumber]

Aneurisma aorta berasal dari bahasa Yunani kuno. Asal kata aneurisma adalah ἀνεύρυσμα yang berarti pelebaran atau pembukaan. Sedangkan aorta berasal dari kata ἀορτή (aorte) yang berasal dari kata kerja ἀορτέω (aorteo), yang merupakan perpanjangan kata ἀείρω (aeiro), yang berarti "mengangkat", "menaikkan", dan "digantung".[1][2]

Aorta adalah pembuluh darah arteri yang paling besar yang berasal dari bagian ventrikel kiri (bilik kiri) jantung dan membawa darah ke seluruh tubuh.[3] Aorta berdiameter 1 inci (2,54 cm) dan terbagi atas empat bagian yaitu aorta asendens, arkus aorta, aorta desendens (aorta torakalis), dan aorta abdominalis.[4][5] Dinding aorta terdiri atas tiga lapisan. Lapisan paling dalam yang disebut tunika intima (terdiri dari satu lapisan endotelium), lapisan tengah sebagai komponen dinding yang terbesar disebut tunika media (terdiri dari lapisan tebal serat elastis dalam bentuk spiral, sel otot polos, dan jaringan kolagen), dan lapisan paling luar yang disebut tunika adventisia (terdiri dari lapisan serabut tipis jaringan ikat dan pembuluh darah kecil yang disebut vasa vasorum).[6][7]

Dalam istilah medis aneurisma digunakan untuk menggambarkan kondisi patologis pembuluh darah arteri atau vena yang mengalami pelebaran berbentuk seperti balon yang terjadi karena kelemahan dinding pembuluh darah terutama bagian tunika media.[6][8] Aneurisma aorta adalah pelebaran diameter pembuluh darah aorta sebesar 1,5 kali ukuran normal[2] atau penambahan diameter aorta yang ≥ 50% bila dibandingkan dengan diameter normal.[6] Pada sebagian besar orang dewasa, diameter aorta yang melebihi 3 cm sudah bisa dianggap sebagai aneurisma.[7][9] Untuk aorta torakalis yang terdiri atas empat bagian, terdapat perbedaan ukuran di tiap bagian. Perbedaan ukuran ini juga dipengaruhi oleh jenis kelamin.[10]

Diameter Normal Aorta Torakalis untuk Dewasa[10]
Aorta Torakalis Diameter Normal (cm) Metode Pemeriksaan
Pangkal aorta (perempuan) 3,5 - 3,72 CT Scan
Pangkal aorta (pria) 3,63 - 3,91 CT Scan
Aorta asendens (pria dan perempuan) 2,86 Foto toraks
Aorta desendens bagian tengah (perempuan) 2,45 - 2,64 CT Scan
Aorta desendens bagian tengah (pria) 2,39 - 2,98 CT Scan
Aorta desendens bagian diafragma (perempuan) 2,40 - 2,44 CT Scan
Aorta desendens bagian diafragma (pria) 2,43 - 2,69 CT Scan, angiografi

Gejala dan tanda

[sunting | sunting sumber]

Aneurisma aorta sebagian besar tidak memberikan gejala selama bertahun-tahun sehingga sering kali tidak terdeteksi. Gejala baru dirasakan penderita ketika aneurisma yang mereka derita mengalami ruptur (robek). Keluhannya tergantung pada posisi aneurisma.[11]

Aneurisma aorta abdominalis akan memberikan gejala nyeri perut, nyeri punggung dan selangkangan, serta terasa perut berdenyut di daerah pusar.[12][13] Aneurisma aorta torakalis memberikan gejala nyeri dada karena penekanan pada arteri koroner, nyeri punggung akibat penekanan pada tulang belakang, hoarseness akibat penekanan pada saraf vagus atau saraf laringeal rekuren, batuk akibat tekanan pada trakea, mengi, disfagia akibat penekanan esofagus, dan sesak napas.[14][15] Kasus aneurisma aorta torakalis asendens dapat memberikan gejala sindrom vena kava superior akibat penekanan vena kava superior.[16][17] Kondisi ditandai dengan beberapa gejala yang timbul bersamaan yaitu nyeri kepala hebat, bengkak di daerah wajah, wajah memerah, hoarseness, sulit menelan, timbul stridor, migrain, takipnea, sulit bernapas pada posisi telentang atau ortopnea, batuk, dan perasaan seperti akan pingsan atau kondisi prasinkop.[15][18]

Aneurisma aorta abdominalis yang berukuran besar dan diderita oleh seseorang yang kurus, membuatnya dapat diraba sebagai benjolan yang berdenyut.[12] Tanda yang lain adalah murmur vaskular[12] dan fenomena embolisme yang terlihat pada jari kaki (sindrom jari kaki biru) apabila aneurisma menghasilkan bekuan darah yang pecah dan menutupi aliran darah ke kaki.[13][19] Tanda yang dapat dilihat pada aneurisma aorta torakalis dengan sindrom vena kava superior adalah bengkak di daerah wajah, tanda Pemberton, pelebaran pembuluh darah vena di daerah leher, wajah, dan batang tubuh bagian atas. Selain itu beberapa kasus TAA memberikan tanda sindrom Horner (miosis, ptosis, dan anhidrosis) akibat penekanan pada ganglion simpatis, tanda Oliver, dan deviasi trakea.[14]

Gambaran sindrom vena kava superior yang memperlihatkan pembengkakan di daerah wajah.

Klasifikasi

[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan bentuknya, aneurisma aorta terbagi atas tiga yaitu: bentuk fusiform (pelebaran arteri yang berbentuk bulat mengelilingi pembuluh darah),[20][21] bentuk sakular (pelebaran yang terlokalisir, asimetris, dan mengalami evaginasi di luar lapisan dinding pembuluh darah sehingga membentuk kantung atau balon),[20][21] dan bentuk mikotik (berbentuk sakular atau multilobular dengan diameter lumen yang eksentris atau terpusat).[22][23] Berdasarkan lokasinya, aneurisma aorta terbagi atas empat yaitu aneurisma sinus aorta, aneurisma aorta torakalis, aneurisma aorta abdominalis, dan aneurisma aorta abdominalis.[24]

Aneurisma sinus aorta

[sunting | sunting sumber]

Disebut juga aneurisma sinus Valsalva atau sinus of Valsalva aneurysm (SOVA) adalah pelebaran daerah sinus aorta atau disebut juga sinus Valsalva (terletak antara bagian anulus katup aorta dengan sinotubular junction).[25][26] Aneurisma ini terbentuk karena adanya kelemahan lapisan elastis di tunika media dan anulus fibrosus.[27][28] Kelainan ini bisa bersifat bawaan atau dapatan.[29] Kasusnya jarang ditemukan, hanya sekitar 0,09% dari 8.138 kasus otopsi dan 0,15-3,5% pada penderita yang menjalani operasi jantung terbuka. Kondisi ini akan menyebabkan komplikasi yang fatal jika terjadi robekan.[30][31]

Hasil pencitraan resonansi magnetik yang menunjukkan aneurisma sinus Valsalva (tanda panah).

Aneurisma aorta torakalis

[sunting | sunting sumber]

Disebut juga TAA atau thoracic aortic aneurysms merupakan pelebaran aorta yang berada di daerah dada dengan diameter yang melebihi 50% ukuran normalnya akibat kelemahan dinding aorta.[32] Aneurisma ini dapat terjadi di bagian aorta asendens, arkus aorta, dan aorta desendens.[33] Sekitar 40% dari kasus ini terjadi di daerah aorta asendens, 10% di daerah arkus aorta, 35% terjadi di aorta desendens, dan 15% di bagian aorta torakoabdominal.[14][34]

Gambaran aneurisma aorta torakalis (tanda panah) dengan pemeriksaan foto torak.

Aneurisma aorta abdominalis

[sunting | sunting sumber]

Disebut juga AAA atau abdominal aortic aneurysm merupakan pelebaran aorta yang berada di bawah ginjal[11] yang timbul akibat degradasi proteolitik dari matriks protein ekstraseluler yaitu elastin dan kolagen.[35] AAA merupakan aneurisma aorta yang paling umum di antara aneurisma aorta yang lain.[8]

Aneurisma aorta abdominalis berukuran 34 mm.

Aneurisma aorta torakoabdominalis

[sunting | sunting sumber]

Klasifikasi yang paling umum dipakai untuk membedakan aneurisma aorta torakoabdominalis adalah klasifikasi Crawford.[36]

Klasifikasi Crawford[36]
Tipe I Berada di sebelah distal arteri subklavia kiri dan meluas hingga mencapai arteri seliaka dan kemungkinan arteri mesenterika superior. Ada kemungkinan keterlibatan ginjal, tetapi tidak meluas hingga di bawah arteri renalis.
Tipe II Seluruh bagian aorta asendens bisa terlibat atau tidak. Meliputi aorta desendens di sebelah distal arteri subklavia kiri dan mencapai aorta infrarenal, dan kemungkinan hingga ke bifurkasio aorta.
Tipe III Melibatkan setengah dari bagian distal aorta torakalis desendens (sejajar dengan ruang interkostal 6) menuju ke bifurkasio aorta.
Tipe IV Keseluruhan aorta abdominalis dari diafragma hingga ke bifurkasio aorta.
Tipe V Setengah dari bagian distal aorta desendens (sejajar dengan ruang interkosta 6) dan meluas ke organ viseral, tetapi tidak sampai ke arteri renalis.

Faktor risiko

[sunting | sunting sumber]

Aneurisma aorta abdominalis memiliki tiga faktor risiko yaitu faktor risiko awal aneurisma terbentuk, faktor risiko perkembangan aneurisma, dan faktor risiko terjadinya ruptur (robek).[35] Faktor risiko untuk awal terbentuknya AAA adalah riwayat keluarga yang menderita AAA,[37][38] riwayat aneurisma di pembuluh darah yang lain,[39] hiperkolesterolemia,[40] hipertensi,[41] jenis kelamin pria,[41] merokok.[42] Faktor risiko AAA mengalami perkembangan adalah faktor usia (di atas 60 tahun),[43][44] transplantasi ginjal atau jantung,[45] alkoholisme,[46][47] riwayat strok sebelumnya,[43] penyakit jantung koroner,[43][48] hipertensi,[49] merokok,[42] riwayat penyakit pembuluh darah arteri perifer sebelumnya,[50] penyakit jaringan ikat,[51] sindrom Marfan,[52] sindrom Loeys-Dietz,[11] dan displasia fibromuskular.[11][53] Faktor risiko AAA hingga terjadi robekan adalah diabetes melitus,[54] transplantasi ginjal atau jantung,[55] penurunan forced expiratory volume (FEV) 1 detik atau FEV-1 yang dipicu oleh penyakit paru obstruktif kronis,[56] hipertensi,[57] pertambahan diameter AAA,[58] durasi merokok yang lebih lama,[42] jenis kelamin perempuan,[59] dan konsumsi florokuinolon.[60][61] Florokuinolon menyebabkan kerusakan kolagen pada dinding aorta.[11]

Pada tahun 2013, Svensjö melakukan skrining pada wanita usia di atas 70 tahun di Denmark. Dari 5.140 partisipan hanya 19 orang yang memenuhi kriteria untuk AAA, 18 orang di antaranya merokok dan 1 orang memiliki riwayat merokok sebelumnya, tetapi telah berhenti. Svensjö mengambil kesimpulan bahwa skrining untuk AAA pada wanita yang tidak memiliki riwayat merokok tidak akan memberikan hasil apa pun.[62] Dalam mekanisme proteolitik, merokok berhubungan dengan peningkatan aktivitas proteolitik sedangkan diabetes melitus menurunkan sensitifitas proteolisis melalui glikasi (ikatan kovalen gula dengan lemak atau protein) makromolekul dan mikrofibril.[11] Meskipun menjadi faktor risiko pecahnya aneurisma, diabetes melitus tidak menyebabkan pembentukan dan perkembangan aneurisma aorta abdominalis. Hal ini diduga karena efek metformin yang dikonsumsi penderita diabetes.[63][64] Faktor risiko aneurisma aorta torakalis adalah hipertensi,[65] usia, merokok, sindrom Ehler-Danlos tipe IV, sindrom Loeys-Dietz, sindrom Marfan, aterosklerosis,[66] dan infeksi (misalnya sifilis dan tuberkulosis).[67]

Patofisiologi

[sunting | sunting sumber]

Patofisiologi aneurisma aorta abdominalis dan aneurisma aorta torakalis memiliki perbedaan karena perbedaan sel asal pada masa pembentukan embrio. Aorta terbentuk dari tiga jaringan embrionik yang berbeda yaitu dari puncak saraf, mesenkim, dan mesoderm. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan respons terhadap berbagai jenis sitokin dan faktor pertumbuhan. Contohnya homosisteina yang merangsang proliferasi dan aktivitas sintesis sel otot polos pembuluh darah yang berasal dari puncak sel, tetapi tidak memberikan efek yang sama terhadap sel otot polos pembuluh darah yang berasal dari mesoderm.[68][69]

Aneurisma aorta abdominalis

[sunting | sunting sumber]

Aneurisma aorta abdominalis ditandai oleh adanya fragmentasi proteolitik matriks ekstraselular, kematian vascular smooth muscle cell (VSMC) atau sel otot polos pembuluh darah, infiltrasi sel-sel sistem imun dari tunika adventisia, dan peningkatan stres oksidatif pada dinding aorta. Penelitian molekuler berbasis gen dengan teknologi throughput microarray bahwa mekanisme terbentuknya AAA lebih karena respons sistem imun adaptif dan bukan akibat penyakit aterotrombotik oklusif pada aorta.[11][68] Matriks ekstraselular dengan komponen serat yang tidak dapat larut utamanya yaitu elastin dan kolagen berfungsi untuk menunjang hemodinamika aorta. Aktivitas protease mendegradasi matriks ekstraselular diduga sebagai mekanisme yang menyebabkan perkembangan dan progresi AAA.[11][70]

Aterotrombosis dan hemodinamika

[sunting | sunting sumber]

Pada kondisi sumbatan pembuluh darah akibat ateroma, akumulasi lemak di subendotel akan bergabung dengan trombus di dalam pembuluh darah yaitu bekuan darah. Pembentukan ateroma dimulai dengan adanya pergerakan lipoprotein plasma terutama LDL Lipoprotein ini akan membentuk plak dan perdarahan di intraparietal akan menyebabkan terbentuknya bekuan darah. Keduanya merupakan substrat untuk penyakit aterotrombotik oklusif.[11][71] Kecenderungan aorta abdominalis untuk mengalami vasodilasi akibat aterotrombotik disebabkan karena struktur anatomisnya yang mengalami bifurkasi (bercabang menjadi dua) di daerah iliaka. Percabangan ini menyebabkan peningkatan gelombang tekanan reflektif. Gelombang ini akan mengubah energi kinetik menjadi energi potensial.[11][72]

Tekanan di dalam lumen pembuluh darah menentukan mekanisme terjadinya AAA. Pada seseorang dengan tekanan darah rendah, risiko yang timbul adalah pembentukan bekuan darah karena aliran darah yang lambat. Sedangkan pada seseorang dengan tekanan darah yang tinggi yang akan terjadi adalah risiko degradasi dan ruptur dinding aorta. Pada aorta dengan tekanan darah yang tinggi, pergerakan plak ateroma serta adanya tekanan interstisiel di dalam tunika adventisia akan mendorong trombus ke dalam dinding pembuluh darah yang akan menyebabkan pembuluh darah melebar.[11][73]

Struktur yang membentuk aneurisma aorta abdominalis secara berurutan dari bagian dalam pembuluh darah pada sebagian besar kasus adalah beberapa lapis trombus, lapisan tipis yang terdegradasi dengan sedikit komponen elastis dan VSMC, dan lapisan adventisia yang mengalami fibrosis dan inflamasi.[11] Trombus di dalam lumen akan bergabung dengan fibrinogen, elemen sel yang beredar di dalam pembuluh darah (leukosit polimorfonuklear, neutrofil, platelet, dan sel darah merah)[74][75] dan makromolekul seperti lipoprotein densitas tinggi atau high density lipoprotein (HDL).[76] Selanjutnya, enzim dan komponen lain yang dilepaskan oleh plasmin dan gabungan tersebut akan bergerak ke arah luar dengan menembus dinding pembuluh darah. Pergerakan ini akan merangsang respons imun dan menyebabkan degradasi matriks ekstraseluler.[11][77]

Akibat bergabungnya fibrinogen dan platelet dengan trombus, kemungkinan penderita mengalami perdarahan akan meningkat karena kedua hal tersebut merupakan komponen penting untuk proses pembekuan darah. Perdarahan juga dipicu oleh peningkatan kadar D-dimer (produk degradasi fibrinogen). D-dimer merupakan tanda adanya fibrinolisis dan aktivasi plasmin yang berperan penting dalam mekanisme perlukaan dinding pembuluh darah dengan cara melepaskan enzim proteolitik.[78]

Matriks ekstraseluler

[sunting | sunting sumber]

Dinding pembuluh darah bergantung kepada matriks ekstraseluler yang komponennya disintesis oleh sel otot polos atau smooth muscle cell (SMC) lalu diproses oleh VSMC.[11] Lisil oksidase adalah enzim yang disintesis dan disekresikan oleh VSMC. Enzim ini berperan dalam proses maturasi struktur elastin dan kolagen. Jika terdapat gangguan pada VSMC, maturasi elastin dan kolagen juga akan terganggu sehingga maturasi matriks ekstraseluler tidak optimal.[79][80]

Matriks ekstraseluler dibentuk oleh struktur protein makrofibrilar (elastin dan kolagen) dan mikrofibrilar (fibronektin dan fibrilin). Elastin berfungsi untuk mencegah proses pelebaran pembuluh darah sedangkan kolagen mencegah terjadinya ruptur.[81] Degradasi matriks ekstraseluler terjadi akibat enzim protease. Tekanan di dalam sirkulasi dan tekanan interstisiel di dalam tunika adventisia akan menyebabkan enzim protease mengeluarkan neutrofil yang merangsang pelebaran pembuluh darah yang progresif. Dua enzim protease yang berperan dalam hal ini adalah matriks metaloproteinase yang secara langsung mendegradasi matriks ekstraseluler serta serin protease yang menyebabkan degradasi fibronektin dan fibrilin.[71][82]

Enzim serin protease plasmin dan elastase akan memicu pemisahan dan kematian VSMC.[83] Pada saat yang bersamaan, stres oksidatif juga memicu hal yang serupa. Pada dinding arteri dengan AAA akan ditemukan seroid (polimer kuning kecokelatan yang terdiri dari protein dan lemak yang teroksidasi) yang merupakan tanda proses oksidasi. Seroid bersifat sangat toksik terhadap VSMC.[84][85]

Imunitas bawaan dan adaptif

[sunting | sunting sumber]

Lapisan adventisia aorta bagian luar mengandung banyak sekali pembuluh darah. Hal ini memungkinkan terjadinya proses diapedesis, respons imun adaptif dan imun bawaan, serta perkembangan pembuluh darah baru sebagai respons terhadap faktor pertumbuhan. Pada lapisan ini akan terjadi proses neoangiogenesis yang dipicu oleh hipoksia relatif dan metabolisme fosfolipid yang menghasilkan eikosanoid melalui mekanisme induksi berlebihan dari faktor pertumbuhan endotel vaskular atau vascular endothelial growth factor (VEGF).[86]

Sistem imun bawaan berperan di dalam proses diapedesis leukosit polimorfonuklear (PMN) dengan cara berinteraksi dengan platelet, P-selektin, dan makrofaga di lapisan adventisia. Aktivasi dan kematian leukosit polimorfonuklear akan menyebabkan pelepasan protease, oksidator peptida, mieloperoksidase, dan mediator proinflamasi seperti interleukin-8 atau IL-8. Degradasi semua produk dari kematian leukosit PMN ini akan menyebabkan terjadinya proses endositosis sehingga terjadi fagositosis di lapisan bagian dalam tunika adventisia.[87]

Bakteri yang berada di dalam sirkulasi darah memiliki afinitas yang tinggi terhadap trombus. Sebagai respons terhadap adanya bakteri, neutrofil akan bergabung dengan trombus dan mengeluarkan perangkap ekstraseluler neutrofil atau neutrophil extracellular traps (NET). NET mengandung kromatin (DNA dan histon) yang akan menahan molekul protease dan oksidator. Kondisi ini akan menyebabkan perkembangan aneurisma dan peningkatan risiko terjadinya ruptur.[87][88]

Respons sistem imun adaptif ditandai dengan perkembangan organ limfoid tersier yang akan mengorganisir neogranuloma limfositik dengn bagian tengahnya berisi sel B yang memungkinkan produksi antibodi. Proses ini tergantung pada sel-T spesifik dan jaringan interleukin. Keduanya akan membentuk neoantigen agar proses maturasi antibodi dapat terjadi. Neoantigen ini memiliki molekul oksidatif dan proteolitik yang nantinya akan merangsang sistem imun.[89][90]

Inflamasi
[sunting | sunting sumber]

Aneurisma aorta abdominalis melalui mekanisme inflamasi berhubungan dengan respons imun yang mengalami perburukan, sembap jaringan, fagositosis, porositas, dan proses penyembuhan yang menyebabkan fibrosis. Pelepasan elastase dan infiltrasi neutrofil menyebabkan degaradasi matriks ekstraseluler pada dinding aorta.[7]

Stres oksidatif
[sunting | sunting sumber]

Proses ini terjadi jika terdapat produksi radikal bebas dalam jumlah banyak yang melebihi kapasitas antioksidan. Ketidakseimbangan ini akan menyebabkan kematian sel akibat produksi protein teroksidasi, peroksida, dan kerusakan DNA. Ketidakseimbangan ini juga akan mengaktivasi pro-MMP2 (matriks metaloproteinase-2 yang dihasilkan oleh sel otot polos dan fibroblas) dan pro-MMP9 (matriks metaloproteinasi-9 yang berasal dari makrofaga dan neutrofil) yang berfungsi untuk mendegradasi serat kolagen di dalam pembuluh darah.[7][91] Dua sumber utama stres oksidatif adalah oksidator dari sel PMN leukosit (NADPH dan mieloperoksidase) dan besi redoks yang aktif sebagai katalis reaksi oksidase yang berasal dari sel darah merah yang terdapat di dalam trombus intraluminal.[7][92]

Aneurisma aorta torakalis

[sunting | sunting sumber]

Aneurisma aorta torakalis ditandai oleh gangguan dan hilangnya serat elastis dinding aorta dan peningkatan deposisi proteoglikan. Selain itu terdapat peningkatan matriks metaloproteinase (MMP) khususnya MMP-2 dan MMP-9. Kedua MMP ini berperan penting dalam proses elastolitik (gangguan elastisitas jaringan yang menyebabkan jaringan menjadi kendur dan kaku)[10] dan merupakan endopeptidase seng yang dapat mendegradasi matriks ekstraseluler jaringan aorta.[66]

Aneurisma pada aorta asendens sebagian besar terjadi akibat nekrosis atau degenerasi tunika media sedangkan aorta desendens karena aterosklerosis.[66][79] Degenerasi tunika media ditandai dengan adanya gangguan susunan lamelar serat elastis aorta, akumulasi substansi basofil dengan lesi seperti kista, degradasi matriks ekstraseluler, fragmentasi elastin dan kerusakan kolagen, dan apoptosis VSMC.[66][93] TAA terjadi akibat degenerasi tunika media aorta yang memberikan gambaran putusnya sel otot polos dan degenerasi serat elastis aorta. Degenerasi ini akan melemahkan dinding pembuluh darah yang menyebabkan pelebaran diameter dan pembentukan aneurisma.[34]

Sel otot polos aorta yang mengalami proses apoptosis atau nekroptosis merupakan salah satu kontributor terbentuknya TAA. Hal ini disebabkan karena hilangnya fungsi kontraktilitas otot polos. Penelitian genetik memperlihatkan adanya mutasi pada protein kontraktil (protein yang mengatur kontraksi sel otot polos, contohnya adalah aktin dan miosin) sel otot polos yang menjadi predisposisi terjadinya TAA.[79] Adanya sel-T dan makrofaga pada dinding aorta torakalis yang mengalami aneurisma menunjukkan adanya keterlibatan proses inflamasi. Sel-T berperan sebagai sumber ligan FAS yang menyebabkan apoptosis otot polos aorta.[79]

Kontraktilitas sel otot polos aorta torakalis menurun dengan paparan TGF-β1 pada matriks kolagen. TGF-β1 berperan besar dalam proses proteolisis dan destruksi matriks ekstraseluler melalui perannya dalam melepaskan MMP dan menginduksi aktivasi dari pengatur sinyal kinase ekstraseluler extracellular signal-regulated kinases (ERK) yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah.[66][69] Pada kondisi riwayat TAA dalam keluarga, terjadi mutasi gen fibrillin-1 yang menyebabkan ketidakefektifan pembentukan filamen elastin aorta dan terhambatnya regulasi aktivitas TGF-β1 yang berujung pada ketidakstabilan dinding pembuluh darah.[66][69]

Gen yang juga mengalami mutasi adalah gen aktin-alfa-2 atau alpha-actin-2 (ACTA2) yang berperan dalam menyalin sandi untuk aktin α2 otot polos aorta. Selain itu mutasi juga terjadi pada gen MYH11 yang berfungsi untuk menyalin sandi miosin. Hal ini akan menyebabkan agregasi filamen aktin yang berakibat pada ketidakmampuan dinding aorta untuk beradaptasi terhadap stres mekanis. TGF-β1 diduga berperan dalam proses ini karena mutasi gen ini disertai dengan peningkatan kadar angiotensin-II yang merupakan penanda aktivitas TGF-β1.[66][69]

Komplikasi

[sunting | sunting sumber]

Aneurisma aorta bisa menimbulkan komplikasi yang dapat mengancam jiwa. Komplikasi aneurisma aorta adalah diseksi aorta dan ruptur aorta.[94] Diseksi aorta sering disalahartikan sebagai aneurisma aorta, bahkan dengan ruptur aorta. Pada ruptur aorta, pembuluh darah telah sepenuhnya robek dan darah keluar dari pembuluh darah sedangkan pada aneurisma aorta dan diseksi aorta darah masih ada di dalam pembuluh darah.[95]

Diseksi aorta

[sunting | sunting sumber]

Kondisi ini terjadi akibat robeknya lapisan dalam pembuluh darah aorta. Hal ini membuat darah bisa mengalir ke dalam robekan dan membentuk bendungan darah yang memisahkan lapisan dalam dan lapisan tengah dinding aorta.[94] Faktor risiko penyebab terjadinya diseksi aorta adalah hipertensi kronik, penyakit arteri koroner, merokok, defek pada katup aorta, aneurisma aorta, penyakit jantung bawaan, bawaan dalam keluarga, jenis kelamin (pria memiliki kemungkinan menderita 2 kali lebih besar daripada wanita), usia, kehamilan, penggunaan kokain, latihan angkat berat yang berlebihan, dan trauma pada daerah dada.[96] Keluhan yang timbul dari kondisi ini adalah kesulitan untuk bernapas, nyeri dada, nyeri punggung, nyeri perut, pingsan, kehilangan penglihatan, kelemahan pada satu sisi tubuh atau hemiparesis (gejalanya menyerupai strok), nyeri kaki atau paralisis.[96]

Ruptur aorta

[sunting | sunting sumber]

Gejala yang timbul dari kondisi ini adalah nyeri hebat yang tiba-tiba di daerah dada atau punggung yang diikuti dengan denyut jantung yang tidak teratur (aritmia) dan palpitasi, tidak ada tenaga, perasaan seperti ingin pingsan (prasinkop), syok, dan kehilangan kesadaran. Ruptur aorta selalu mengakibatkan penurunan fungsi sistem kardiovaskular dalam waktu yang cepat sehingga upaya operasi secepat apa pun, tingkat mortalitasnya sangat tinggi.[97] Tiga tanda klasik ruptur arteri pada penderita AAA adalah hipotensi, nyeri punggung atau perut, dan teraba benjolan yang berdenyut di daerah perut.[35]

Regurgitasi aorta

[sunting | sunting sumber]

Komplikasi ini umumnya timbul akibat aneurisma aorta asendens yang letaknya di atas katup aorta[97][98] atau dari aneurisma sinus Valsalva.[99] Pelebaran di daerah aorta asendens akan mengubah struktur anatomis katup aorta sehingga terjadi kelainan katup.[14][97] Kondisi ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya otot penunjang pada anulus katup aorta dan adanya perubahan hemodinamika aorta.[28] Regurgitasi aorta merupakan komplikasi aneurisma sinus Valsalva yang timbul pada 30-50% penderita.[28][100] Gejala dan tanda klasik dari regurgitasi aorta adalah dispnea, nyeri dada, palpitasi, aritmia jantung, dan gagal jantung.[97][98]

Diagnosis

[sunting | sunting sumber]

Untuk menetapkan diagnosis aneurisma aorta diperlukan pemeriksaan penunjang karena sebagian besar kasusnya tanpa gejala atau gejalanya tidak spesifik serta tidak ada tanda khas pada pemeriksaan fisik. Penyakit ini sering kali ditemukan tanpa sengaja saat sedang melakukan pemeriksaan untuk penyakit lain.[35][101]

Pada tahun 1991, komite dari Perkumpulan Ahli Bedah Vaskuler dan Perkumpulan Ahli Bedah Kardiovaskular menetapkan diagnosis AAA jika diameter aorta 1,5 kali lipat dibandingkan ukuran normalnya. Dalam praktiknya, diagnosis pembesaran aorta infrarenal (aorta abdominalis) dibuat jika diameternya melebihi atau sama dengan 30 mm (hal ini tidak berlaku bagi wanita karena memiliki aorta yang lebih kecil serta bagi individu dengan arteriomegali karena memiliki aorta yang lebih besar dibandingkan ukuran normal). Berdasarkan ukuran diameter aorta ini, AAA diklasifikasikan menjadi dua yaitu AAA kecil yang berukuran kurang dari 55 mm (tidak memerlukan tindakan operatif) dan AAA besar jika melebihi 55 mm dan dipertimbangkan untuk tindakan operatif.[11]

Pemeriksaan radiografi untuk aneurisma aorta memuat informasi tentang beberapa hal yaitu:

  • Morfologi: ukuran maksimal diameter dari kantung aneurisma (harus diukur tegak lurus dan melintang terhadap aksis aorta), panjang aneurisma secara melintang, bentuk aneurisma (sakular, fusiform, tidak teratur), pembuluh darah yang berada di atas aneurisma (yang berhubungan dengan arteri renalis), pembuluh darah yang berada di bawah aneurisma (termasuk percabangannya), cabang-cabang pembuluh darah yang timbul dari aneurisma, ukuran pembuluh darah di atas dan di bawah aneurisma, diameter pembuluh darah jika terdapat trombus.[102][103]
  • Karakteristik dinding aorta: gambaran kalsifikasi dan adanya trombus.[10][102]
  • Komplikasi: tanda aneurisma menjelang ruptur, diseksi pembuluh darah, dan kematian pembuluh darah (misalnya kematian arteri renalis atau arteri splenika).[10][103]
  • Struktur anatomis di sekitar aneurisma: ukuran arteri vertebralis jika aneurisma torakalisnya berada di dekat arteri subklavia kiri, ada atau tidaknya penyakit arteri karotis karena stenosis pada arteri tersebut dapat memicu strok selama penurunan aliran darah saat tindakan pemeriksaan, pembuluh darah besar yang ada di arkus aorta, diameter arteri femoralis komunis dan arteri iliaka eksterna untuk perencanaan terapi EVAR, kemungkinan adanya vena renalis yang menyimpang karena berada di belakang aorta, dan keberadaan arteri renalis tambahan (terdapat pada 10-25% populasi).[102][103]

Pemeriksaan radiografi konvensional

[sunting | sunting sumber]

Untuk aneurisma aorta abdominalis, dari pemeriksaan radiografi konvensional di daerah perut akan tampak kalsifikasi dengan garis melengkung di daerah paravertebral, sedangkan pada aneurisma aorta torakalis akan tampak pelebaran daerah mediastinum.[10] Pemeriksaan ini digunakan untuk diagnosis dan deteksi dini.[103] Pemeriksaan foto torak posisi dari arah depan dan samping akan memperlihatkan adanya aneurisma aorta torakalis, tetapi akan sulit menentukan ukurannya. Dari pemeriksaan ini akan didapatkan gambaran kalsifikasi.[104]

Pemeriksaan sonografi

[sunting | sunting sumber]

Prosedur ini merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan dalam hitungan menit, tidak membutuhkan biaya besar, tidak melibatkan radiasi atau pemberian kontras kepada individu yang akan diperiksa, dan tingkat spesifitas serta sensitifitasnya mendekati 100%.[11][103] Meskipun demikian, visualisasi yang dihasilkan olrh pemeriksaan ini kurang baik. Deviasi ukuran aneurisma yang dihasilkan mencapai 4 mm sehingga tidak dapat digunakan untuk perencanaan tindakan, untuk melihat lesi yang lebih kompleks, evaluasi pascaoperasi, dan penilaian percabangan aorta.[103]

Pemeriksaan sonografi hanya dapat dilakukan untuk diagnosis aneurisma aorta abdominalis karena aorta torakalis terhalang oleh tulang dan udara dari paru-paru.[104] Untuk TAA dapat dilakukan ultrasonografi jantung atau ekokardiogram. Ada dua jenis ekokardiogram yang dapat dipakai untuk pemeriksaan yaitu ekokardiografi transtorakal atau transthoracic echocardiography (TTE) dan ekokardiografi transesofageal atau transesophageal echocardiography (TEE).[105]

Tomografi terkomputasi

[sunting | sunting sumber]

Pemeriksaan tomografi terkomputasi (CT) angiografi adalah standar utama untuk diagnosis aneurisma aorta. Kekurangannya adalah penderita terpapar radiasi dalam jumlah yang besar.[103]

Aneurisma aorta abdominalis akan memperlihatkan ukuran dan bentuk aneurisma, hubungannya dengan percabangan arteri dan bifurkasio aorta. AAA yang akan mengalami ruptur akan memperlihatkan gambaran:[103]

  • Tanda tirai aorta yaitu dinding bagian belakang dari aneurisma aorta tercetak ke bagian depan permukaan tulang belakang.[103][106]
  • Tanda bulan sabit yang sangat melengkung menunjukkan hematoma akut dari trombus atau dinding aorta.[103][107]
  • Fisura trombus menunjukkan adanya darah yang memotong trombus yang ada di dalam dinding aorta. Tanda ini dapat dilihat dengan menggunakan kontras. Fisura trombus yang memanjang dari lumen aorta hingga ke dinding aneurisma menunjukkan peningkatan tekanan pada dinding aorta.[103][108]
  • Adanya titik kalsifikasi tunika intima yang terputus-putus.[103]
  • Tanda tangen kalsium yang timbul karena kalsifikasi yang mengelilingi tunika intima aorta terputus-putus.[103][109]

Aneurisma aorta torakalis akan memperlihatkan gambaran kantung, lumen pembuluh darah, dan kemungkinan komplikasi yang sudah terjadi. Dinding aorta kemungkinan akan mengalami penipisan atau penebalan karena adanya trombus (bentuknya bisa teratur mengelilingi lumen atau tidak beraturan). Jika sudah terjadi ruptur aorta, akan tampak hematoma atau cairan di dekat aorta di sebelah kiri rongga pleura atau perikardium.[10][104]

Tomografi terkomputasi energi ganda

[sunting | sunting sumber]

Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat perbedaan antara kontras iodin yang digunakan saat pemeriksaan, ateroma yang mengalami kalsifikasi, bekas pembedahan sebelumnya, dan alat cangkok yang sebelumnya ditanam. Kelebihan pemeriksaan ini dibandingkan CT biasa adalah dosis radiasinya lebih rendah, kontras yang digunakan lebih sedikit, mampu menyingkirkan gambaran kalsifikasi untuk memudahkan penilaian derajat stenosis, dan dapat memberikan penilaian yang lebih baik tentang adanya kebocoran setelah tindakan EVAR.[103][110]

Angiografi substraksi digital

[sunting | sunting sumber]

Pemeriksaan angiografi substraksi digital pada penderita aneurisma aorta memungkinkan untuk mengevaluasi cabang pembuluh darah, meskipun terdapat kemungkinan kesalahan dalam menilai ukuran aneurisma yang sebenarnya karena adanya trombus. Pemeriksaan angiografi yang menggunakan kateter bukanlah merupakan alat diagnosis yang memadai jika dibandingkan dengan angiografi tomografi terkomputasi atau computed tomography angiography (CTA) dan angiografi resonansi magnetik atau magnetic resonance angiography (MRA). Namun, angiografi digunakan untuk tindakan EVAR.[103][104]

Skrining dilakukan agar dapat dilakukan deteksi dini sehingga pengobatan konvensional untuk memperlambat pertambahan ukuran aneurisma dapat dilakukan dan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi seperti ruptur arteri atau diseksi arteri dapat segera diambil.[111]

Skrining untuk aneurisma aorta torakalis adalah: para penderita sindrom Marfan, sindrom Ehlers-Danlos, sindrom Loeys-Dietz, atau sindrom Turner, individu yang memiliki keluarga yang menderita TAA atau kelainan katup aorta bikuspidalis yang berhubungan dengan TAA, dan individu yang memiliki keluarga yang menderita TAA turunan yang juga menderita mutasi genetik.[111] Skrining untuk aneurisma aorta abdominalis adalah:pria dan wanita usia 65 hingga 75 tahun dengan riwayat merokok atau yang memiliki keluarga dekat dengan aneurisma aorta abdominalis, pria dan wanita usia 65 hingga 75 tahun yang tidak merokok, tetapi memiliki faktor risiko lain seperti riwayat penyakit AAA keturunan dalam keluarga, menderita aneurisma pembuluh darah yang lain, atau menderita penyakit jantung koroner, pria dan wanita di atas usia 75 tahun dengan kondisi kesehatan yang baik, pernah merokok, yang memiliki keluarga tingkat pertama dengan AAA, dan individu yang memiliki penyakit arteri perifer tanpa memandang usia, jenis kelamin, riwayat merokok, atau riwayat dalam keluarga.[111]

Penatalaksanaan

[sunting | sunting sumber]

Penderita tanpa gejala

[sunting | sunting sumber]

Pada orang-orang yang terdiagnosis aneurisma aorta, tetapi tidak mengeluhkan gejala apa pun, harus dipastikan bahwa mereka benar-benar tidak memiliki keluhan sebelumnya. Tindakan bagi penderita yang terdiagnosis aneurisma, tidak merasakan keluhan apa pun, dan stabil secara klinis adalah dengan menentukan diameter dan ukuran aneurisma yang diderita.[35] Selanjutnya adalah perubahan gaya hidup yang lebih baik seperti menghindari penggunaan kokain, pola makan yang sehat, mengelola stres yang dapat mengontrol tekanan darah, dan berhenti merokok.[14][111]

Aneurisma aorta abdominalis dengan ukuran kurang dari 3 cm tidak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, untuk ukuran 3–4 cm dianjurkan untuk pemeriksaan rutin setiap setahun sekali, untuk ukuran 4-4,5 cm pemeriksaan rutin setiap 6 bulan, lebih dari 4,5 cm harus dirujuk ke dokter spesialis bedah vaskuler. Jika ukuran AAA bertambah melebihi 0,6 cm dalam satu tahun, penderita dianjurkan untuk menjalani operasi.[35][112] Dokter akan menyarankan perubahan gaya hidup yang berhubungan dengan faktor risiko aneurisma aorta.[112] Ukuran aneurisma 4-5,5 cm, tetapi tanpa gejala termasuk ke dalam kategori aman dan tidak membutuhkan tindakan operasi. AAA yang ukurannya melebihi 5,5 cm dianjurkan untuk menjalani operasi perbaikan arteri.[35]

Riwayat komorbiditas penderita akan menentukan tindakan yang dilakukan pada pasien aneurisma aorta tanpa gejala. Penderita dengan riwayat penyakit arteri koroner akan diberikan obat penyekat beta.[35] Penderita aneurisma aorta dengan hipertensi diberikan penyekat beta misalnya propanolol untuk melindungi serat elastis dinding pembuluh darah dari kerusakan atau inhibitor ACE seperti losartan untuk menurunkan apoptosis sel otot polos pembuluh darah.[7][68] Pemberian obat golongan statin akan memberikan efek perlindungan pada aorta dengan menghambat matriks metaloproteinase (MMP) dan plasminogen yang merupakan enzim proteolitik.[7]

Penderita dengan gejala

[sunting | sunting sumber]

Jika seseorang yang terdiagnosis dengan aneurisma aorta sudah memberikan gejala, tindakan operasi harus dilakukan. Apalagi jika sudah terjadi ruptur aorta.

Operasi terbuka

[sunting | sunting sumber]

Pada tindakan ini, aneurisma aorta yang bermasalah akan diakses secara langsung melalui insisi di daerah aneurisma dan penderita berada di bawah pengaruh anestesi umum.[113] Prosedur ini tidak memerlukan pemeriksaan kontrol berulang sehingga biaya yang dikeluarkan lebih sedikit, tetapi memiliki tingkat mortalitas, lama rawat inap, dan jumlah darah yang hilang lebih besar bila dibandingkan dengan prosedur endovaskular.[68] Cangkok aorta yang dipasang dapat berfungsi seumur hidup.[113] Kekurangan operasi terbuka adalah adanya kemungkinan terjadi infeksi pada bekas sayatan operasi, penggumpalan darah, perdarahan hebat, strok atau serangan jantung, dan gangguan ereksi dan ejakulasi pada kaum pria.[113] Indikasi pemilihan tindakan ini adalah untuk penderita berusia muda karena hasil operasi terbuka bisa bertahan seumur hidup dan tidak membutuhkan intervensi ulangan, penderita dengan riwayat endoleak (adanya aliran darah ke dalam kantung aneurisma setelah pemasangan stent) dan riwayat pertumbuhan kantung aneurisma, dan penderita dengan anatomi pembuluh darah tertentu seperti tidak adanya akses masuk untuk jalur EVAR.[11]

Simulasi operasi terbuka untuk aneurisma aorta yang digunakan oleh dokter residen bedah vaskular.

Endovascular Aortic Repair atau EVAR.

[sunting | sunting sumber]

Prosedur ini mencapai daerah aorta yang bermasalah melalui satu alat yang dimasukkan melalui akses arteri femoralis. Selanjutnya akan dimasukkan cangkokan pembuluh darah sintetik yang bertujuan untuk menurunkan tekanan di dalam aorta dan mengurangi diameter aneurisma sehingga risiko pecah pembuluh darah dapat dihindari. Pada AAA, cangkokan sintetik dipasang di daerah yang mengalami aneurisma hingga mencapai arteri iliaka komunis. Setelah tindakan ini, kontrol rutin pemeriksaan CT scan 1 bulan, 6 bulan, 1 tahun lalu dilanjutkan setiap tahun pascaoperasi, diperlukan untuk memastikan alat bekerja sesuai target.[11][35] Hal-hal yang dinilai saat pemeriksaan adalah penurunan ukuran aneurisma, posisi dan struktur alat yang tetap intak, masalah yang bisa timbul di tempat pemasangan alat, dan kemungkinan alat yang bergeser.[35]

Keuntungan tindakan ini adalah tidak memerlukan sayatan besar di daerah perut, pemulihan lebih cepat sehingga masa rawat inap lebih singkat, rasa sakit yang ditimbulkan minimal, dan risiko komplikasi lebih kecil.[114] Meskipun demikian tindakan ini memiliki kekurangan yaitu kemungkinan graft yang dipasang bergeser dari tempatnya dan perdarahan dari daerah selangkangan tempat jalur masuk alat.[113] Tingkat mortalitas operasi terbuka dibandingkan dengan EVAR adalah 3,8% berbanding 1,2%, mortalitas 3 hari pascatindakan adalah 1,1-2,7% untuk operasi terbuka dan 0-1,7% untuk EVAR.[35]

Prognosis

[sunting | sunting sumber]

Aneurisma aorta torakal yang tidak mendapatkan intervensi operasi mengalami pertambahan ukuran 3 hingga 5 mm per tahun. Risiko TAA pecah adalah sebesar 2% untuk ukuran kurang dari 5 cm, 3% untuk ukuran 5-5,9 cm, dan 8-10% untuk ukuran di atas 6 cm. Tingkat sintasan 1 tahun pasien yang tidak mendapatkan pengobatan adalah 65% dan tingkat kelangsungan hidup 5 tahun sebesar 20%. Aneurisma aorta torakalis yang mengalami ruptur tingkat mortalitasnya mencapai 97%.[14]

Prognosis jangka panjang untuk aneurisma aorta abdominalis berhubungan dengan komorbiditas yang ada pada penderitanya. Tingkat sintasan untuk penderita AAA pascaoperasi juga bagus. Untuk AAA yang mengalami ruptur dan tidak segera ke rumah sakit tingkat mortalitasnya 50%. Sisanya yang mampu mencapai UGD, tingkat keberlangsungan hidupnya berkurang sebesar 1% untuk setiap 1 menit yang terlewati.[13]

Epidemiologi

[sunting | sunting sumber]

Insiden dan prevalensi aneurisma aorta tidak dapat diketahui dengan pasti mengingat skrining untuk penyakit ini hanya dilakukan oleh sebagian kecil negara di seluruh dunia.[11] Prevalensi di negara Barat berada di kisaran 1,3% hingga 8%, sedangkan di negara Asia insiden, prevalensi dan tingkat mortalitasnya masih belum diketahui dengan pasti. Hanya ada beberapa penelitian yang dilakukan di Asia yaitu di Jepang, Hong kong, dan Korea.[115]

Dalam satu penelitian yang dilakukan oleh Shih-Wei Wang dan kawan-kawan yang berlangsung sejak tahun 2005 hingga 2011 dengan 11.939 partisipan, didapatkan angka insiden rata-rata aneurisma aorta di Taiwan adalah 7,35 per 100.000 populasi dan prevalensi rata-ratanya adalah 29,04 per 100.000 populasi. Pada tahun 2005, insidennya sebesar 6,46 per 100.000 populasi dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 28%. Prevalensi juga mengalami peningkatan dari 14,86 menjadi 41,81 per 100.000 populasi. Tingkat mortalitas dari angka 1,41 menjadi 4,7 per 100.000 populasi.[115]

Skrining terbaru yang dilakukan pada pria di atas 65 tahun dan wanita di atas 70 tahun menunjukkan diagnosis AAA mencapai 1-2% pada pria dan 0,5% pada wanita.[11][116] Penelitian terbaru tentang estimasi global dan regional insiden dan prevalensi AAA dari tahun 1990 hingga 2010 yang dilakukan oleh Uchechukwu dan kawan-kawan dari berbagai negara memperlihatkan angka kejadian di Amerika mengalami penurunan, tetapi di Amerika Latin dan negara Asia-Pasifik mengalami peningkatan.[117] Oliver Williams dan kawan-kawan melakukan program skrining dengan menggunakan USG untuk AAA pada 81.150 pria sejak tahun 1990 selama 25 tahun. Dari penelitiannya didapatkan penurunan angka AAA dari angka 5% di tahun 1991 menjadi 1,3% di tahun 2015.[118] N. Grǿndal dan kawan-kawan melakukan penelitian pada 25.083 pria berusia 65-74 tahun di Denmark. Mereka mendapatkan angka 3,3% untuk penderita AAA yang mengalami penurunan dari angka sebelumnya sebesar 4%.[119]

Penelitian yang dilakukan oleh Christian Olsson dan kawan-kawan sejak tahun 1987 hingga tahun 2002 terhadap 14.229 partisipan di Swedia dengan TAA menunjukkan peningkatan. Insiden TAA pada pria tahun 1987 adalah 10,7 per 100.000 populasi menjadi 16,3 per 100.000 per 100.000 populasi pada tahun 2002 (peningkatan sebesar 52%). Insiden TAA pada wanita tahun 1987 adalah 7,1 per 100.000 populasi menjadi 9,1 per 100.000 populasi pada tahun 2002 (peningkatan sebesar 28%). Meskipun demikian, tingkat kebutuhan operasi untuk koreksi TAA memberikan hasil yang berbanding terbalik yaitu peningkatan hingga 7 kali lipat untuk pria dan 15 kali lipat untuk wanita.[120] Tingkat sintasan 1 tahun dari penelitian Olsson dari 91% menjadi 93%, sintasan 5 tahunnya dari 75% menjadi 80%, dan sintasan 10 tahunnya dari 53% menjadi 61%. Ketiganya menunjukkan peningkatan.[120]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Antoniou, George A.; Antoniou, Athanasios I.; Antoniou, Stavros A.; Lazarides, Miltos K. (1 November 2011). "A historical perspective of medical terminology of aortic aneurysm". Journal of Vascular Surgery. 54 (5): 1527–1528. doi:10.1016/j.jvs.2011.04.036. ISSN 0741-5214. 
  2. ^ a b Bobadilla, Joseph L. (1 Juli 2013). "From Ebers to EVARs: A Historical Perspective on Aortic Surgery". AORTA. 1 (2): 89–95. doi:10.12945/j.aorta.2013.13-004. ISSN 2325-4637. PMC 4682706alt=Dapat diakses gratis. PMID 26798679. 
  3. ^ Hoffman, Matthew (28 Juni 2020). "The Aorta (Human Anatomy): Picture, Function, Location, and Conditions". WebMD. Diakses tanggal 29 Januari 2022. 
  4. ^ Fitzgerald, Grace (12 Desember 2018). "The Aorta - Branches - Aortic Arch - TeachMeAnatomy". teachmeanatomy.info. Diakses tanggal 29 Januari 2022. 
  5. ^ "Aorta Anatomy". ufhealth.org. 8 Agustus 2013. Diakses tanggal 29 Januari 2022. 
  6. ^ a b c Farber, Mark A.; Parodi, Federico E. (November 2020). "Overview of Aortic Aneurysms - Cardiovascular Disorders". MSD Manual Professional Edition. Diakses tanggal 29 Januari 2022. 
  7. ^ a b c d e f g Patel, Michael; Braga, Daniel; Money, Brad; Pirela, Andres; Zybulewski, Adam; Olivieri, Brandon; Beasley, Robert (1 April 2020). Pathogenesis of Abdominal Aortic Aneurysm. IntechOpen. ISBN 978-1-83881-950-7. 
  8. ^ a b "Aortic Aneurysm | cdc.gov". Centers for Disease Control and Prevention. 27 September 2021. Diakses tanggal 27 November 2021. 
  9. ^ Dalman, Ronald L.; Mell, Mathew (28 Oktober 2021). "Definitions and Aortoiliac Anatomy". www.uptodate.com. Diakses tanggal 29 Januari 2022. 
  10. ^ a b c d e f g Hiratzka, Loren F.; Bakris, George L.; Beckman, Joshua A.; Bersin, Robert M.; Carr, Vincent F.; Casey Jr., DO Donald; Eagle, Kim A.; Hermann, Luke K.; Isselbacher, Eric M. (16 Maret 2010). "2010 ACCF/AHA/AATS/ACR/ASA/SCA/SCAI/SIR/STS/SVM Guidelines for the Diagnosis and Management of Patient with Thoracic Aortic Disease". Circulation. 121 (13): 266–369. doi:10.1161/CIR.0b013e3181d4739e. 
  11. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t Sakalihasan, Natzi; Michel, Jean-Baptiste; Katsargyris, Athanasios; Kuivaniemi, Helena; Defraigne, Jean-Olivier; Nchimi, Alain; Powell, Janet; Yoshimura, Koichi; Hultgren, Rebecka (1 Desember 2018). "Abdominal aortic aneurysms". Nature Reviews Disease Primers. 4 (43). doi:10.1038/s41572-018-0030-7. 
  12. ^ a b c Farber, Mark A.; Parodi, Federico E. (November 2020). "Abdominal Aortic Aneurysms (AAA) - Cardiovascular Disorders". MSD Manual Professional Edition. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 
  13. ^ a b c Rahimi, Saum A. (8 Maret 2021). Rowe, Vincent Lopez, ed. "Abdominal Aortic Aneurysm Clinical Presentation: History, Physical Examination, Complications". emedicine.medscape.com. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 
  14. ^ a b c d e f Farber, Mark A.; Parodi, Federico E. (November 2020). "Thoracic Aortic Aneurysms - Cardiovascular Disorders". MSD Manual Professional Edition. Diakses tanggal 29 Januari 2022. 
  15. ^ a b Tseng, Elaine; Bush, Errol L. (2 April 2021). Talavera, Francisco; Karwande, Shreekanth V., ed. "Thoracic Aortic Aneurysm Clinical Presentation: History and Physical Examination, Complications". emedicine.medscape.com. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 
  16. ^ Bicer, Murat; Yuksel, Ahmet; Kan, Iris Irem (13 Januari 2020). "The Largest Reported Giant Ascending Aortic Aneurysm Presented with Superior Vena Cava Syndrome". Brazilian Journal of Cardiovascular Surgery (dalam bahasa Inggris). 35: 834–837. doi:10.21470/1678-9741-2019-0151. ISSN 0102-7638. 
  17. ^ Dayan, Victor; Michelis, Virginia; Lorenzo, Alvaro (1 Oktober 2008). "Giant Aortic Aneurysm as a Rare Cause of Superior Vena Cava Syndrome". The Annals of Thoracic Surgery. 86 (4): 1383. doi:10.1016/j.athoracsur.2007.11.004. ISSN 0003-4975. 
  18. ^ Seligson, Marc T.; Surowiec, Scott M. (2022). Superior Vena Cava Syndrome. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 28723010. 
  19. ^ "Symptoms of Abdominal Aortic Aneurysms". stanfordhealthcare.org. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 
  20. ^ a b "Abdominal Aortic Aneurysm". www.hopkinsmedicine.org. Diakses tanggal 29 Januari 2022. 
  21. ^ a b Gaillard, Frank. "Aneurysm | Radiology Reference Article | Radiopaedia.org". Radiopaedia. Diakses tanggal 29 Januari 2022. 
  22. ^ Sörelius, Karl; di Summa, Pietro G (20 Februari 2018). "On the Diagnosis of Mycotic Aortic Aneurysms". Clinical Medicine Insights. Cardiology. 12: 1179546818759678. doi:10.1177/1179546818759678. ISSN 1179-5468. PMC 5824903alt=Dapat diakses gratis. PMID 29497343. 
  23. ^ Lee, Wai-Kit; Mossop, Peter J.; Little, Andrew F; Fitt, Gregory J.; Vrazas, Jhon I; Hoang, Jenny K.; Hennessy, Oliver F. (1 November 2008). "Infected (Mycotic) Aneurysms: Spectrum of Imaging Appearances and Management". RadioGraphics. 28 (7): 1853–1868. doi:10.1148/rg.287085054. ISSN 0271-5333. 
  24. ^ Amalinei, Cornelia; Căruntu, Irina-Draga (10 April 2013). Etiology and Pathogenesis of Aortic Aneurysm. IntechOpen. doi:10.5772/45988. ISBN 978-953-51-1081-1. 
  25. ^ Bass, David; Tivakaran, Vijai S. (2022). Sinus Of Valsalva Aneurysm. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 28846266. 
  26. ^ Weinreich, Michael; Yu, Pey‐Jen; Trost, Biana (10 Maret 2015). "Sinus of Valsalva Aneurysms: Review of the Literature and an Update on Management". Clinical Cardiology. 38 (3): 185–189. doi:10.1002/clc.22359. ISSN 0160-9289. PMC 6711005alt=Dapat diakses gratis. PMID 25757442. 
  27. ^ Goldberg, N.; Krasnow, N. (1990). "Sinus of valsalva aneurysms". Clinical Cardiology. 13 (12): 831–836. doi:10.1002/clc.4960131204. ISSN 1932-8737. 
  28. ^ a b c Hoey, Edward T. D.; Kanagasingam, Arulnithy; Sivananthan, Mohan U. (1 Juni 2010). "Sinus of Valsalva Aneurysms: Assessment With Cardiovascular MRI". American Journal of Roentgenology. 194 (6): W495–W504. doi:10.2214/AJR.09.3570. ISSN 0361-803X. 
  29. ^ Smer, Aiman; Elsallabi, Osama; Ayan, Mohamed; Buaisha, Haitam; Rayes, Hamza; Alshebani, Yazeid; Tantoush, Hamza; Salih, Mohsin (24 Agustus 2015). "Sinus of Valsalva Aneurysm: A Rare Cause of Dyspnea". Case Reports in Medicine. 2015: e467935. doi:10.1155/2015/467935. ISSN 1687-9627. 
  30. ^ Baas, Arnold S.; Small, Adam J. (24 Juni 2021). Talavera, Francisco; Compton, Steven J., ed. "Sinus of Valsalva Aneurysm: Background, Pathophysiology, Etiology". Cardiology. 
  31. ^ Bricker, Aliye Ozsoyoglu; Avutu, Bindu; Mohammed, Tan-Lucien H.; Williamson, Eric E.; Syed, Imran S.; Julsrud, Paul R.; Schoenhagen, Paul; Kirsch, Jacobo (2010-01-01). "Valsalva Sinus Aneurysms: Findings at CT and MR Imaging". RadioGraphics. 30 (1): 99–110. doi:10.1148/rg.301095719. ISSN 0271-5333. 
  32. ^ Faiza, Zainab; Sharman, Tariq (2022). Thoracic Aorta Aneurysm. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 32119454. 
  33. ^ "Thoracic Aortic Aneurysm". www.umcvc.org. Diakses tanggal 29 Januari 2022. 
  34. ^ a b Isselbacher, Eric M. (15 Februari 2005). "Thoracic and Abdominal Aortic Aneurysms". Circulation. 111 (6): 816–828. doi:10.1161/01.CIR.0000154569.08857.7A. 
  35. ^ a b c d e f g h i j k Upchurch, Gilbert R.; Schaub, Timothy A. (1 April 2006). "Abdominal Aortic Aneurysm". American Family Physician. 73 (7): 1198–1204. ISSN 0002-838X. 
  36. ^ a b Chadnick, Zachary; Singh, Kuldeep (28 April 2021). Complications Associated with Aortic Aneurysm Repair. IntechOpen. ISBN 978-1-83962-840-5. 
  37. ^ van Vlijmen-van-Keulen, C.J.; Pals, G.; Rauwerda, J. A. (Agustus 2002). "Familial Abdominal Aortic Aneurysm: a SystemicReview of Genetic Background". Eur J Vasc Endovasc Surg. 24 (2): 105–116. doi:10.1053/ejvs.2002.1692. 
  38. ^ Larsson, Emma; Granath, Fredrik; Swedenborg, Jesper; Hultgren, Rebecka (1 Januari 2009). "A population-based case-control study of the familial risk of abdominal aortic aneurysm". Journal of Vascular Surgery. 49 (1): 47–51. doi:10.1016/j.jvs.2008.08.012. ISSN 0741-5214. 
  39. ^ Ball, Benjamin Z.; Jiang, Boxiang; Mehndiratta, Prachi; Stukenborg, George J.; Upchurch, Gilbert R.; Meschia, James F.; Worrall, Bradford B.; Southerland, Andrew M. (1 September 2016). "Screening individuals with intracranial aneurysms for abdominal aortic aneurysms is cost-effective based on estimated coprevalence". Journal of Vascular Surgery. 64 (3): 811–818.e3. doi:10.1016/j.jvs.2016.05.065. ISSN 0741-5214. 
  40. ^ Palazzuoli, Alberto; Gallotta, Maddalena; Guerrieri, Giuseppe; Quatrini, Ilaria; Franci, Beatrice; Campagna, Maria Stella; Neri, Eugenio; Benvenuti, Antonio; Sassi, Carlo (Agustus 2008). "Prevalence of risk factors, coronary and systemic atherosclerosis in abdominal aortic aneurysm: Comparison with high cardiovascular risk population". Vascular Health and Risk Management. 4 (4): 877–883. ISSN 1176-6344. PMC 2597763alt=Dapat diakses gratis. PMID 19066005. 
  41. ^ a b Rodin, Miriam B.; Daviglus, Martha L.; Wong, Gordon C.; Liu, Kiang; Garside, Daniel B.; Greenland, Philip; Stamler, Jeremiah (1 Juli 2003). "Middle Age Cardiovascular Risk Factors and Abdominal Aortic Aneurysm in Older Age". Hypertension. 42 (1): 61–68. doi:10.1161/01.HYP.0000078829.02288.98. 
  42. ^ a b c Aune, Dagfinn; Schlesinger, Sabrina; Norat, Teresa; Riboli, Elio (3 Oktober 2018). "Tobacco smoking and the risk of abdominal aortic aneurysm: a systematic review and meta-analysis of prospective studies". Scientific Reports. 8: 14786. doi:10.1038/s41598-018-32100-2. ISSN 2045-2322. PMC 6170425alt=Dapat diakses gratis. PMID 30283044. 
  43. ^ a b c Chang JB, J.B.; Stein, T.A.; Liu, J.P.; Dunn, M.E (2020). Risk factors associated with abdominal aortic aneurysm growth or rupture. Abdominal aortic aneurysm: diagnosis and management. NICE Evidence Reviews Collection. London: National Institute for Health and Care Excellence (NICE). ISBN 978-1-4731-3452-2. PMID 32407036. 
  44. ^ Kent, K. Craig; Zwolak, Robert M.; Egorova, Natalia N.; Riles, Thomas S.; Manganaro, Andrew; Moskowitz, Alan J.; Gelijns, Annetine C.; Greco, Giampaolo (1 September 2010). "Analysis of risk factors for abdominal aortic aneurysm in a cohort of more than 3 million individuals". Journal of Vascular Surgery. 52 (3): 539–548. doi:10.1016/j.jvs.2010.05.090. ISSN 0741-5214. 
  45. ^ Englesbe, Michael J.; Wu, Audrey H.; Clowes, Alexander W.; Zierler, R. Eugene (1 Januari 2003). "The prevalence and natural history of aortic aneurysms in heart and abdominal organ transplant patients". Journal of Vascular Surgery (dalam bahasa English). 37 (1): 27–31. doi:10.1067/mva.2003.57. ISSN 0741-5214. 
  46. ^ Wong, Daniel R.; Willett, Walter C.; Rimm, Eric B. (1 April 2007). "Smoking, Hypertension, Alcohol Consumption, and Risk of Abdominal Aortic Aneurysm in Men". American Journal of Epidemiology. 165 (7): 838–845. doi:10.1093/aje/kwk063. ISSN 0002-9262. 
  47. ^ Stackelberg, Otto; Björck, Martin; Larsson, Susanna C.; Orsini, Nicola; Wolk, Alicja (19 Agustus 2014). "Alcohol Consumption, Specific Alcoholic Beverages, and Abdominal Aortic Aneurysm". Circulation. 130 (8): 646–652. doi:10.1161/CIRCULATIONAHA.113.008279. 
  48. ^ Hernesniemi, Jussi A.; Vänni, Ville; Hakala, Tapio (1 Juli 2015). "The prevalence of abdominal aortic aneurysm is consistently high among patients with coronary artery disease". Journal of Vascular Surgery. 62 (1): 232–240.e3. doi:10.1016/j.jvs.2015.02.037. ISSN 0741-5214. PMID 26115925. 
  49. ^ Bhak, Rachel H.; Wininger, Michael; Johnson, Gary R.; Lederle, Frank A.; Messina, Louis M.; Ballard, David J.; Wilson, Samuel E. (1 Januari 2015). "Factors Associated With Small Abdominal Aortic Aneurysm Expansion Rate". JAMA Surgery. 150 (1): 44–50. doi:10.1001/jamasurg.2014.2025. ISSN 2168-6254. 
  50. ^ Alcorn, Hope G.; Wolfson, Sidney K.; Sutton-Tyrrell, Kim; Kuller, Lewis H.; O'Leary, Daniel (1 Agustus 1996). "Risk Factors for Abdominal Aortic Aneurysms in Older Adults Enrolled in the Cardiovascular Health Study". Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology. 16 (8): 963–970. doi:10.1161/01.ATV.16.8.963. 
  51. ^ Rahimi, Saum A. (15 Juni 2021). Rowe, Vincent Lopez, ed. "Abdominal Aortic Aneurysm: Practice Essentials, Background, Anatomy". Vascular Surgery. 
  52. ^ Takayama, Toshio; Miyata, Tetsuro; Nagawa, Hirokazu (1 Mei 2009). "True abdominal aortic aneurysm in Marfan syndrome". Journal of Vascular Surgery. 49 (5): 1162–1165. doi:10.1016/j.jvs.2008.12.007. ISSN 0741-5214. 
  53. ^ Kanamoto, Ryo; Hiromatsu, Shinichi; Nata, Shinichi; Shintani, Yusuke; Otsuka, Hiroyuki; Onitsuka, Seiji; Akashi, Hidetoshi; Tanaka, Hiroyuki (25 September 2018). "Abdominal Aortic Aneurysm Caused by Aortic Fibromuscular Dysplasia: A Case Report". Annals of Vascular Diseases. 11 (3): 365–368. doi:10.3400/avd.cr.18-00036. ISSN 1881-641X. PMC 6200619alt=Dapat diakses gratis. PMID 30402192. 
  54. ^ Wierzba, Waldemar; Sliwczynski, Andrzej; Pinkas, Jaroslaw; Jawien, Arkadiusz; Karnafel, Waldemar (25 Mei 2017). "Diabetes mellitus increases the risk of ruptured abdominal aortic aneurysms". Diabetes and Vascular Disease Research. 14 (5): 463–464. doi:10.1177/1479164117710391. ISSN 1479-1641. 
  55. ^ Cron, David C.; Coleman, Dawn M.; Sheetz, Kyle H.; Englesbe, Michael J.; Waits, Seth A. (1 Maret 2014). "Aneurysms in abdominal organ transplant recipients". Journal of Vascular Surgery. 59 (3): 594–598. doi:10.1016/j.jvs.2013.09.049. ISSN 0741-5214. 
  56. ^ Meijer, C. A.; Kokje, V. B. C.; van Tongeren, R. B. M.; Hamming, J. F.; van Bockel, J. H.; Möller, G. M.; Lindeman, J. H. N. (1 Agustus 2012). "An Association between Chronic Obstructive Pulmonary Disease and Abdominal Aortic Aneurysm beyond Smoking: Results from a Case–control Study". European Journal of Vascular and Endovascular Surgery (dalam bahasa Inggris). 44 (2): 153–157. doi:10.1016/j.ejvs.2012.05.016. ISSN 1078-5884. 
  57. ^ Forsdahl, Signe Helene; Singh, Kulbir; Solberg, Steinar; Jacobsen, Bjarne K. (28 April 2009). "Risk Factors for Abdominal Aortic Aneurysms". Circulation. 119 (16): 2202–2208. doi:10.1161/CIRCULATIONAHA.108.817619. 
  58. ^ Aggarwal, Sourabh; Qamar, Arman; Sharma, Vishal; Sharma, Alka (2011). "Abdominal aortic aneurysm: A comprehensive review". Experimental & Clinical Cardiology. 16 (1): 11–15. ISSN 1205-6626. PMC 3076160alt=Dapat diakses gratis. PMID 21523201. 
  59. ^ Brown, Louise C.; Powell, Janet T. (September 1999). "Risk Factors for Aneurysm Rupture in Patients Kept Under Ultrasound Surveillance". Annals of Surgery. 230 (3): 289. ISSN 0003-4932. PMC 1420874alt=Dapat diakses gratis. PMID 10493476. 
  60. ^ Lee, Chien-Chang; Lee, Meng-tse Gabriel; Chen, Yueh-Sheng; Lee, Shih-Hao; Chen, Yih-Sharng; Chen, Shyr-Chyr; Chang, Shan-Chwen (1 November 2015). "Risk of Aortic Dissection and Aortic Aneurysm in Patients Taking Oral Fluoroquinolone". JAMA Internal Medicine. 175 (11): 1839–1847. doi:10.1001/jamainternmed.2015.5389. ISSN 2168-6106. 
  61. ^ Pasternak, Björn; Inghammar, Malin; Svanström, Henrik (8 Maret 2018). "Fluoroquinolone use and risk of aortic aneurysm and dissection: nationwide cohort study". BMJ. 360: k678. doi:10.1136/bmj.k678. ISSN 0959-8138. PMID 29519881. 
  62. ^ Svensjö, S; Björck, M; Wanhainen, A (1 Februari 2013). "Current prevalence of abdominal aortic aneurysm in 70-year-old women". British Journal of Surgery. 100 (3): 367–372. doi:10.1002/bjs.8984. ISSN 0007-1323. 
  63. ^ Altobelli, Emma; Rapacchietta, Leonardo; Profeta, Valerio F.; Fagnano, Roberto (Desember 2018). "Risk Factors for Abdominal Aortic Aneurysm in Population-Based Studies: A Systematic Review and Meta-Analysis". International Journal of Environmental Research and Public Health. 15 (12): 2805. doi:10.3390/ijerph15122805. ISSN 1661-7827. PMC 6313801alt=Dapat diakses gratis. PMID 30544688. 
  64. ^ Shantikumar, S.; Ajjan, R.; Porter, K. E.; Scott, D. J. A. (Februari 2010). "Diabetes and the abdominal aortic aneurysm". European Journal of Vascular and Endovascular Surgery: The Official Journal of the European Society for Vascular Surgery. 39 (2): 200–207. doi:10.1016/j.ejvs.2009.10.014. ISSN 1532-2165. PMID 19948418. 
  65. ^ Harris, Christopher; Croce, Beth; Cao, Christopher (Juli 2016). "Thoracic aortic aneurysm". Annals of Cardiothoracic Surgery. 5 (4): 407. doi:10.21037/acs.2016.07.05. ISSN 2225-319X. PMC 4973118alt=Dapat diakses gratis. PMID 27563557. 
  66. ^ a b c d e f g Gillis, Elisabeth; Van Laer, Lut; Loeys, Bart L. (19 Juli 2013). "Genetics of Thoracic Aortic Aneurysm". Circulation Research. 113 (3): 327–340. doi:10.1161/CIRCRESAHA.113.300675. 
  67. ^ "Types of Aneurysms". www.heart.org. Diakses tanggal 31 Januari 2022. 
  68. ^ a b c d Kuivaniemi, Helena; Ryer, Evan J.; Elmore, James R.; Tromp, Gerard (2015). "Understanding the pathogenesis of abdominal aortic aneurysms". Expert review of cardiovascular therapy. 13 (9): 975–987. doi:10.1586/14779072.2015.1074861. ISSN 1477-9072. PMC 4829576alt=Dapat diakses gratis. PMID 26308600. 
  69. ^ a b c d Ruddy, Jean Marie; Jones, Jeffery A.; Ikonomidis, John S. (2013). "Pathophysiology of Thoracic Aortic Aneurysm (TAA): Is it not one Uniform Aorta? Role of Embryologic Origin". Progress in cardiovascular diseases. 56 (1): 68–73. doi:10.1016/j.pcad.2013.04.002. ISSN 0033-0620. PMC 3759819alt=Dapat diakses gratis. PMID 23993239. 
  70. ^ Yan, Huimin; Zhou, Hui-Fang; Akk, Antonina; Hu, Ying; Springer, Luke E.; Ennis, Terri L.; Pham, Christine T.N. (1 Agustus 2016). "Neutrophil Proteases Promote Experimental Abdominal Aortic Aneurysm via Extracellular Trap Release and Plasmacytoid Dendritic Cell Activation". Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology. 36 (8): 1660–1669. doi:10.1161/ATVBAHA.116.307786. PMC 4965335alt=Dapat diakses gratis. PMID 27283739. 
  71. ^ a b Michel, Jean-Baptiste; Martin-Ventura, José-Luis; Egido, Jesus; Sakalihasan, Natzi; Treska, Vladislav; Lindholt, Jes; Allaire, Eric; Thorsteinsdottir, Unnur; Cockerill, Gillian (1 April 2011). "Novel aspects of the pathogenesis of aneurysms of the abdominal aorta in humans". Cardiovascular Research. 90 (1): 18–27. doi:10.1093/cvr/cvq337. ISSN 0008-6363. PMC 3058728alt=Dapat diakses gratis. PMID 21037321. 
  72. ^ Salman, Huseyin Enes; Ramazanli, Burcu; Yavuz, Mehmet Metin; Yalcin, Huseyin Cagatay (31 Mei 2019). "Biomechanical Investigation of Disturbed Hemodynamics-Induced Tissue Degeneration in Abdominal Aortic Aneurysms Using Computational and Experimental Techniques". Frontiers in Bioengineering and Biotechnology. 7: 111. doi:10.3389/fbioe.2019.00111. ISSN 2296-4185. PMC 6555197alt=Dapat diakses gratis. PMID 31214581. 
  73. ^ Suh, Ga-Young; Les, Andrea S.; Tenforde, Adam S.; Shadden, Shawn C.; Spilker, Ryan L.; Yeung, Janice J.; Cheng, Christopher P.; Herfkens, Robert J.; Dalman, Ronald L. (Agustus 2011). "Hemodynamic Changes Quantified in Abdominal Aortic Aneurysms with Increasing Exercise Intensity Using MR Exercise Imaging and Image-Based Computational Fluid Dynamics". Annals of Biomedical Engineering. 39 (8): 2186–2202. doi:10.1007/s10439-011-0313-6. ISSN 0090-6964. PMC 3362397alt=Dapat diakses gratis. PMID 21509633. 
  74. ^ Touat, Ziad; Ollivier, Veronique; Dai, Jianping; Huisse, Marie-Genevieve; Bezeaud, Annie; Sebbag, Uriel; Palombi, Tony; Rossignol, Patrick; Meilhac, Olivier (Maret 2006). "Renewal of Mural Thrombus Releases Plasma Markers and Is Involved in Aortic Abdominal Aneurysm Evolution". The American Journal of Pathology. 168 (3): 1022–1030. doi:10.2353/ajpath.2006.050868. ISSN 0002-9440. PMC 1606522alt=Dapat diakses gratis. PMID 16507915. 
  75. ^ Sawada, Hisashi; Hao, Hiroyuki; Naito, Yoshiro; Oboshi, Makiko; Hirotani, Shinichi; Mitsuno, Masataka; Miyamoto, Yuji; Hirota, Seiichi; Masuyama, Tohru (1 Juni 2015). "Aortic Iron Overload With Oxidative Stress and Inflammation in Human and Murine Abdominal Aortic Aneurysm". Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology. 35 (6): 1507–1514. doi:10.1161/ATVBAHA.115.305586. 
  76. ^ Rodríguez-Carrio, Javier; Lindholt, Jes S.; Canyelles, Marina; Martínez-López, Diego; Tondo, Mireia; Blanco-Colio, Luis M.; Michel, Jean-Baptiste; Escolà-Gil, Joan Carles; Suárez, Ana (Januari 2020). "IgG Anti-High Density Lipoprotein Antibodies Are Elevated in Abdominal Aortic Aneurysm and Associated with Lipid Profile and Clinical Features". Journal of Clinical Medicine (dalam bahasa Inggris). 9 (1): 67. doi:10.3390/jcm9010067. 
  77. ^ Shimizu, Koichi; Mitchell, Richard N.; Libby, Peter (1 Mei 2006). "Inflammation and Cellular Immune Responses in Abdominal Aortic Aneurysms". Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology. 26 (5): 987–994. doi:10.1161/01.ATV.0000214999.12921.4f. 
  78. ^ Vele, E.; Kurtcehajic, A.; Zerem, E.; Maskovic, J.; Alibegovic, E.; Hujdurovic, A. (2016). "Plasma D-dimer as a predictor of the progression of abdominal aortic aneurysm". Journal of Thrombosis and Haemostasis (dalam bahasa Inggris). 14 (11): 2298–2303. doi:10.1111/jth.13487. ISSN 1538-7836. 
  79. ^ a b c d Quintana, Raymundo Alain; Taylor, W. Robert (15 Februari 2019). "Cellular Mechanisms of Aortic Aneurysm Formation". Circulation Research. 124 (4): 607–618. doi:10.1161/CIRCRESAHA.118.313187. PMC 6383789alt=Dapat diakses gratis. PMID 30763207. 
  80. ^ Remus, Ebony Washington; O'Donnell, Robert E.; Rafferty, Kathryn; Weiss, Daiana; Joseph, Giji; Csiszar, Katalin; Fong, Sheri F. T.; Taylor, W. Robert (15 Oktober 2012). "The role of lysyl oxidase family members in the stabilization of abdominal aortic aneurysms". American Journal of Physiology - Heart and Circulatory Physiology. 303 (8): H1067–H1075. doi:10.1152/ajpheart.00217.2012. ISSN 0363-6135. PMC 3469640alt=Dapat diakses gratis. PMID 22904155. 
  81. ^ Yue, Beatrice (2014). "Biology of the Extracellular Matrix: An Overview". Journal of glaucoma: S20–S23. doi:10.1097/IJG.0000000000000108. ISSN 1057-0829. PMC 4185430alt=Dapat diakses gratis. PMID 25275899. 
  82. ^ Sakalihasan, Natzi; Delvenne, Philippe; Nusgens, Betty V.; Limet, Raymond; Lapière, Charles M. (1 Juli 1996). "Activated forms of MMP2 and MMP9 in abdominal aortic aneurysms". Journal of Vascular Surgery. 24 (1): 127–133. doi:10.1016/S0741-5214(96)70153-2. ISSN 0741-5214. 
  83. ^ Michel, Jean-Baptiste (1 Desember 2003). "Anoïkis in the Cardiovascular System". Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology. 23 (12): 2146–2154. doi:10.1161/01.ATV.0000099882.52647.E4. 
  84. ^ Wang, Qiwei; Liu, Zhenjie; Ren, Jun; Morgan, Stephanie; Assa, Carmel; Liu, Bo (13 Februari 2015). "Receptor-Interacting Protein Kinase 3 Contributes to Abdominal Aortic Aneurysms via Smooth Muscle Cell Necrosis and Inflammation". Circulation research. 116 (4): 600–611. doi:10.1161/CIRCRESAHA.116.304899. ISSN 0009-7330. PMC 4329096alt=Dapat diakses gratis. PMID 25563840. 
  85. ^ Michel, Jean-Baptiste; Martin-Ventura, José Luis; Nicoletti, Antonino; Ho-Tin-Noé, Benoit (Juni 2014). "Pathology of human plaque vulnerability: mechanisms and consequences of intraplaque haemorrhages". Atherosclerosis. 234 (2): 311–319. doi:10.1016/j.atherosclerosis.2014.03.020. ISSN 1879-1484. PMID 24726899. 
  86. ^ Camaré, Caroline; Pucelle, Mélanie; Nègre-Salvayre, Anne; Salvayre, Robert (1 Februari 2017). "Angiogenesis in the atherosclerotic plaque". Redox Biology. 12: 18–34. doi:10.1016/j.redox.2017.01.007. ISSN 2213-2317. PMC 5312547alt=Dapat diakses gratis. PMID 28212521. 
  87. ^ a b Klopf, Johannes; Brostjan, Christine; Neumayer, Christoph; Eilenberg, Wolf (16 September 2021). "Neutrophils as Regulators and Biomarkers of Cardiovascular Inflammation in the Context of Abdominal Aortic Aneurysms". Biomedicines. 9 (9): 1236. doi:10.3390/biomedicines9091236. ISSN 2227-9059. 
  88. ^ Brandau, Annika; Ibrahim, Nahla; Klopf, Johannes; Hayden, Hubert; Ozsvar-Kozma, Maria; Afonyushkin, Taras; Bleichert, Sonja; Fuchs, Lukas; Watzinger, Viktoria (20 Januari 2022). "Association of Lipoproteins with Neutrophil Extracellular Traps in Patients with Abdominal Aortic Aneurysm". Biomedicines (dalam bahasa Inggris). 10 (2): 217. doi:10.3390/biomedicines10020217. 
  89. ^ Clement, Marc; Guedj, Kevin; Andreata, Francesco; Morvan, Marion; Bey, Laetitia; Khallou-Laschet, Jamila; Gaston, Anh-Thu; Delbosc, Sandrine; Alsac, Jean-Marc (10 Februari 2015). "Control of the T Follicular Helper–Germinal Center B-Cell Axis by CD8+ Regulatory T Cells Limits Atherosclerosis and Tertiary Lymphoid Organ Development". Circulation. 131 (6): 560–570. doi:10.1161/CIRCULATIONAHA.114.010988. 
  90. ^ Mohanta, Sarajo Kumar; Yin, Changjun; Peng, Li; Srikakulapu, Prasad; Bontha, Vineela; Hu, Desheng; Weih, Falk; Weber, Christian; Gerdes, Norbert (23 Mei 2014). "Artery Tertiary Lymphoid Organs Contribute to Innate and Adaptive Immune Responses in Advanced Mouse Atherosclerosis". Circulation Research. 114 (11): 1772–1787. doi:10.1161/CIRCRESAHA.114.301137. 
  91. ^ Pisano, Calogera; Benedetto, Umberto; Ruvolo, Giovanni; Balistreri, Carmela Rita (18 Januari 2022). "Oxidative Stress ini the Pathogenesis of Aorta Disease as a Spurce of Potential Biomarkers and Therapeutic Targets, with a Particular Focus on Ascending Aorta Aneurysm". Antioxidants. 11 (182): 1–18. doi:10.3390/antiox11020182. 
  92. ^ Guzik, Bartłomiej; Sagan, Agnieszka; Ludew, Dominik; Mrowiecki, Wojciech; Chwała, Maciej; Bujak-Gizycka, Beata; Filip, Grzegorz; Grudzien, Grzegorz; Kapelak, Boguslaw (3 Oktober 2013). "Mechanisms of oxidative stress in human aortic aneurysms — Association with clinical risk factors for atherosclerosis and disease severity". International Journal of Cardiology. 168 (3): 2389–2396. doi:10.1016/j.ijcard.2013.01.278. ISSN 0167-5273. PMC 3819986alt=Dapat diakses gratis. PMID 23506637. 
  93. ^ Yuan, Shi-Min; Jing, Hua (Maret 2011). "Cystic medial necrosis: pathological findings and clinical implications". Brazilian Journal of Cardiovascular Surgery. 26: 107–115. doi:10.1590/S0102-76382011000100019. ISSN 0102-7638. 
  94. ^ a b "What is an aortic aneurysm?". Heart Foundation NZ. Diakses tanggal 31 Januari 2022. 
  95. ^ "Aortic aneurysm, dissection and rupture". bhf.org.uk. Diakses tanggal 1 Februari 2022. 
  96. ^ a b "What is an aortic dissection?". Heart Foundation NZ. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 
  97. ^ a b c d Fogoros, Richard N. (6 September 2021). "Symptoms and Complication of Aortic Aneurysm". Verywell Health. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 
  98. ^ a b Cheitlin, Melvin D. (15 November 2001). "Surgery for Chronic Aortic Regurgitation: When Should It Be Considered?". American Family Physician. 64 (10): 1709. ISSN 0002-838X. 
  99. ^ Wang, Stanley S. (7 Juli 2021). O'Brien, Terrence X., ed. "Aortic Regurgitation: Background, Pathophysiology, Etiology". Cardiology. 
  100. ^ Bricker, Aliye Ozsoyoglu; Avutu, Bindu; Mohammed, Tan-Lucien H.; Williamson, Eric E.; Syed, Imran S.; Julsrud, Paul R.; Schoenhagen, Paul; Kirsch, Jacobo (1 Januari 2010). "Valsalva Sinus Aneurysms: Findings at CT and MR Imaging". RadioGraphics. 30 (1): 99–110. doi:10.1148/rg.301095719. ISSN 0271-5333. 
  101. ^ Shaw, Palma M.; Loree, John; Gibbons, Ryan C. (2022). Abdominal Aortic Aneurysm. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 29262134. 
  102. ^ a b c Gaillard, Frank (5 April 2021). "Reporting tips for aortic aneurysms". Radiopaedia. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 
  103. ^ a b c d e f g h i j k l m n o D'Souza, Donna (25 Januari 2022). "Abdominal aortic aneurysm". Radiopaedia. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 
  104. ^ a b c d Gaillard, Frank (12 Januari 2022). "Thoracic aortic aneurysm". Radiopaedia. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 
  105. ^ Wang, Tom Kai Ming; Desai, Milind Y. (1 September 2020). "Thoracic aortic aneurysm: Optimal surveillance and treatment". Cleveland Clinic Journal of Medicine. 87 (9): 557–568. doi:10.3949/ccjm.87a.19140-1. ISSN 0891-1150. PMID 32868306. 
  106. ^ Hosn, Saeed Soltany (27 Agustus 2022). "Draped aorta sign | Radiology Reference Article | Radiopaedia.org". Radiopaedia. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 
  107. ^ Ranschaert, Erik (25 April 2019). "High-attenuation crescent sign | Radiology Reference Article | Radiopaedia.org". Radiopaedia. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 
  108. ^ Tatco, Vincent (2 Agustus 2021). "Thrombus fissuration sign (aortic aneurysm) | Radiology Reference Article | Radiopaedia.org". Radiopaedia. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 
  109. ^ Skandhan, Avni K. P. (9 Februari 2018). "Tangential calcium sign | Radiology Reference Article | Radiopaedia.org". Radiopaedia. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 
  110. ^ D'Souza, Donna (29 Desember 2021). "Endoleak | Radiology Reference Article | Radiopaedia.org". Radiopaedia. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 
  111. ^ a b c d "Aortic Aneurysm". www.nhlbi.nih.gov. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 
  112. ^ a b "Abdominal aortic aneurysm: Screening, treatment, and symptoms". www.medicalnewstoday.com. 27 Mei 2020. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 
  113. ^ a b c d "Abdominal aortic aneurysm - Treatment". nhs.uk. 3 Oktober 2018. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 
  114. ^ "Mengatasi Silent Killer, Pelebaran Pembuluh Darah di Perut dengan Tindakan EVAR". Primaya Hospital. 1 April 2021. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 
  115. ^ a b Wang, Shih-Wei; Huang, Yaw-Bin; Huang, Jiann-Woei; Chiu, Chaw-Chi; Lai, Wen-Ter; Chen, Chung-Yu (Oktober 2015). "Epidemiology, Clinical Features, and Prescribing Patterns of Aortic Aneurysm in Asian Population From 2005 to 2011". Medicine. 94 (41): e1716. doi:10.1097/MD.0000000000001716. ISSN 0025-7974. 
  116. ^ Thorbjørnsen, Knut; Svensjö, Sverker; Djavani Gidlund, Khatereh; Gilgen, Nils-Peter; Wanhainen, Anders (Agustus 2019). "Prevalence and natural history of and risk factors for subaneurysmal aorta among 65-year-old men". Upsala Journal of Medical Sciences. 124 (3): 180–186. doi:10.1080/03009734.2019.1648611. ISSN 0300-9734. PMC 6758690alt=Dapat diakses gratis. PMID 31460822. 
  117. ^ Sampson, Uchechukwu K. A.; Norman, Paul E.; Fowkes, F. Gerald R.; Aboyans, Victor; Song, Yanna; Harrell, Frank E.; Forouzanfar, Mohammad H.; Naghavi, Mohsen; Denenberg, Julie O. (Maret 2014). "Estimation of global and regional incidence and prevalence of abdominal aortic aneurysms 1990 to 2010". Global Heart. 9 (1): 159–170. doi:10.1016/j.gheart.2013.12.009. ISSN 2211-8179. PMID 25432125. 
  118. ^ Oliver-Williams, C; Sweeting, M J; Turton, G; Parkin, D; Cooper, D; Rodd, C; Thompson, S G; Earnshaw, J J; on behalf of the Gloucestershire and Swindon Abdominal Aortic Aneurysm Screening Programme (1 Januari 2018). "Lessons learned about prevalence and growth rates of abdominal aortic aneurysms from a 25-year ultrasound population screening programme". British Journal of Surgery. 105 (1): 68–74. doi:10.1002/bjs.10715. ISSN 0007-1323. 
  119. ^ Grøndal, N; Søgaard, R; Lindholt, J S (1 Juli 2015). "Baseline prevalence of abdominal aortic aneurysm, peripheral arterial disease and hypertension in men aged 65–74 years from a population screening study (VIVA trial)". British Journal of Surgery. 102 (8): 902–906. doi:10.1002/bjs.9825. ISSN 0007-1323. 
  120. ^ a b Olsson, Christian; Thelin, Stefan; Ståhle, Elisabeth; Ekbom, Anders; Granath, Fredrik (12 Desember 2002). "Thoracic Aortic Aneurysm and Dissection". Circulation. 114 (24): 2611–2618. doi:10.1161/CIRCULATIONAHA.106.630400.